Friday, March 26, 2010
METODE LANGSUNG ( At-Thariqah al-Mubasyarah )
A. Latar Belakang Masalah
Dilihat dari fungsinya, bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi dan sebagai penghubung dalam pergaulan sehari-hari, baik antara satu individu dengan individu lainnya, atau satu individu dengan masyarakat. Menurut pendapat ini sudah jelas bahwa fungsi bahasa adalah alat komunikasi yang dipakai di dalam masyarakat untuk menghubungkan satu sama lain. Bahasa yang ada di bumi ini lahir pada waktu yang sama dengan kelahiran manusia. Artinya manusia telah diciptakan menjadi makhluk yang berbahasa. Sehingga itu dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, bahasa memiliki peranan yang sangat penting. Selain berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi dapat juga sebagai penyampai pikiran atau ide, serta menggambarkan atau menjelaskan sesuatu hal, baik itu yang dialaminya ataupun dialami oleh orang lain. Komunikasi yang dimaksud dalam fungsi bahasa di atas adalah komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih.
Bahasa Arab adalah salah satu bahasa yang telah menjadi bahasa internasional setelah bahasa Inggris dan bahasa lainnya, dan memiliki banyak keistimewaan dibandingkan dengan bahasa yang lainnya. Sebagai seorang muslim, mempelajari bahasa Arab menjadi sangat penting, karena bahasa Arab adalah bahasa kitab suci orang muslim itu sendiri. Al-Qur`an sebagai kitab suci orang muslim ditulis dengan menggunakan bahasa Arab, sehingga Allah menyeru kepada ciptaan-Nya (makhluk-Nya) untuk mempelajarinya. Sebagaimana yang telah difirmankan-Nya dalam QS. Yusuf (2): 2:
Terjemahnya: “Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al-Qur`an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya”.
Ayat di atas juga didukung oleh hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Khalifah Umar bin Khatab yang mengatakan bahwa:
اأُحْرِصُوْا عَلئَ تَعَلمِ اللغة العَرَبِيةِ فَإِنهُ جُزْءٌ مِنْ دِيْنِكُمْ.
Artinya: “Bersemangatlah dalam mempelajari bahasa Arab, karena sesungguhnya bahasa Arab adalah sebagian dari Agamamu” (HR Umar ibnu Khatab).
Dari ayat dan hadits di atas dapat dilihat dengan jelas betapa pentingnya mempelajari bahasa Arab, dimana selain menambah khazanah ilmu bahasa kita, dapat juga menambah pemahaman kita terhadap ajaran Islam. Karena yang menjadi pegangan dan pedoman hidup bagi umat Islam adalah Al-Qur`an dan Al-Hadits yang ditulis menggunakan bahasa Arab.
Kemahiran seseorang dalam berkomunikasi dengan menggunakan suatu bahasa tidaklah menjamin kemahirannya dalam mengajarkan bahasa tersebut kepada orang lain. Bisa saja seseorang itu hanya mahir berkomunikasi dengan bahasa Asing, karena ia tinggal di lingkungan bahasa Asing tersebut, namun dalam mengajarkannya kepada orang lain ia belum tentu bisa. Mahir berbahasa adalah salah satu hal yang penting dalam mengajarkan bahasa itu kepada orang lain sesuai dengan aturan tata bahasa Asing tersebut. Menjadi seorang guru bahasa Arab harus mengetahui setidak-tidaknya tiga hal penting dalam bahasa itu sendiri, yaitu: (1) kemahiran dalam berbahasa Arab itu sendiri, (2) pengetahuan tentang bahasa Arab dan budaya Arab, dan (3) keterampilan dalam mengajarkan bahasa Arab itu sendiri.
Terkait dengan item satu dan tiga di atas, maka dalam beberapa metode pengajaran bahasa Arab, terdapat beberapa metode yang sering digunakan, salah satunya adalah ath-Thariqah al-Mubasyarah yang merupakan metode yang sangat urgen untuk menentukan tercapainya tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Ath-Thariqah al-Mubasyarah didasarkan atas asumsi bahwa proses belajar bahasa kedua atau bahasa Asing sama halnya dengan belajar bahasa ibu (bahasa sehari-hari).
Realita sekarang ini di madrasah-madrasah ataupun pondok-pondok pesantren, bahasa Arab menjadi salah satu bahasa yang dominan diajarkan selain bahasa Inggris, dan kebanyakan strategi yang digunakan atau diterapkan oleh pengajar hanya lebih menekankan pada penguasaan qawaid (struktur bahasa), sehingga peserta didik lebih cenderung pasif di dalam kelas dan tidak dapat mengembangkan salah satu kemahirannya yaitu kemahiran berbicara (maharatul kallam).
Asumsi berikutnya ialah salah satu tujuan pembelajaran bahasa yang ingin dicapai adalah penguasaan dan pengembangan rasa bahasa yang naluriah yang berakar dalam hubungan langsung antara pengalaman dan ekspresi. Karena berbicara atau berkomunikasi melibatkan persepsi, pilihan dan tindakan. Rasa bahasa ini bersumber pada bahasa lisan. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya mula-mula diutamakan bahasa lisan ini, sedangkan menulis, membaca dan mengarang diberikan kemudian.
Ath-Thariqah al-Mubasyarah adalah metode yang memfokuskan pada kemampuan komunikasi aktif dan praktis peserta didik. Metode ini berpijak dari pemahaman bahwa pengajaran bahasa Asing tidaklah sama halnya dengan mengajar ilmu pasti alam. Pada prinsipnya ath-Thariqah al-Mubasyarah ini sangat utama dalam pengajaran bahasa Asing, karena melalui metode ini, peserta didik dapat langsung melatih kemahiran lidahmya dalam berkomunikasi tanpa menggunakan bahasa ibu (bahasa lingkungannya).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa implikasi ath-Thariqah al-Mubasyarah terhadap pembelajaran bahasa Arab ialah pembelajaran yang difokuskan pada kemampuan mempraktekkan komunikasi secara langsung daripada kesempurnaan qawaid, sehingga guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh bahasa ketimbang menekankan mereka untuk mempelajarinya dari segi strukturnya (qawaid).
Berdasarkan asumsi tersbut, maka pengajar dan praktisi pendidikan di pondok pesantren Al-Falah Limboto sebagai salah satu Yayasan Pendidikan Islam di Gorontalo yang mengajarkan bahasa Arab, telah memberikan terobosan baru dengan menyajikan ath-Thariqah al-Mubasyarah pada pembelajaran bahasa Arab. Dalam proses pembelajarannya dengan menggunakan thariqah al-Mubasyarah ini peserta didik bertindak sebagai komunikator yang berperan aktif dalam aktifitas berbicara/komunikasi. Artinya peserta didik bertindak lebih aktif dengan menggunakan bahasa ujar atau berucap secara lisan dengan menggunakan bahasa Arab. Karena untuk menjadi seorang komunikator yang efektif peserta didik harus berusaha untuk menampilkan komunikasi (baik secara verbal maupun non verbal), sedangkan guru bersifat sebagai fasilitator. Selain itu, aktivitas dalam kelas peserta didik benar-benar dikondisikan untuk menerima dan bercakap-cakap dalam bahasa Asing (bahasa Arab).
Melihat fenomena di atas, ath-Thariqah al-Mubasyarah sebagai salah satu metode yang digunakan dalam meningkatkan kemampuan berbahasa yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menggunakan bahasa Arab pada situasi yang alami dengan sikap spontanitas, kreatif untuk berkomunikasi (kalam) disamping penguasaan tata bahasa (qawaid). Dengan demikian, peserta didik dapat menguasai salah satu bahasa Asing (bahasa Arab) dengan baik dan benar, dan peserta didik tidak akan merasa terbebani dalam mempelajari bahasa Asing tersebut.
Dilihat dari fungsinya, bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi dan sebagai penghubung dalam pergaulan sehari-hari, baik antara satu individu dengan individu lainnya, atau satu individu dengan masyarakat. Menurut pendapat ini sudah jelas bahwa fungsi bahasa adalah alat komunikasi yang dipakai di dalam masyarakat untuk menghubungkan satu sama lain. Bahasa yang ada di bumi ini lahir pada waktu yang sama dengan kelahiran manusia. Artinya manusia telah diciptakan menjadi makhluk yang berbahasa. Sehingga itu dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, bahasa memiliki peranan yang sangat penting. Selain berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi dapat juga sebagai penyampai pikiran atau ide, serta menggambarkan atau menjelaskan sesuatu hal, baik itu yang dialaminya ataupun dialami oleh orang lain. Komunikasi yang dimaksud dalam fungsi bahasa di atas adalah komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih.
Bahasa Arab adalah salah satu bahasa yang telah menjadi bahasa internasional setelah bahasa Inggris dan bahasa lainnya, dan memiliki banyak keistimewaan dibandingkan dengan bahasa yang lainnya. Sebagai seorang muslim, mempelajari bahasa Arab menjadi sangat penting, karena bahasa Arab adalah bahasa kitab suci orang muslim itu sendiri. Al-Qur`an sebagai kitab suci orang muslim ditulis dengan menggunakan bahasa Arab, sehingga Allah menyeru kepada ciptaan-Nya (makhluk-Nya) untuk mempelajarinya. Sebagaimana yang telah difirmankan-Nya dalam QS. Yusuf (2): 2:
Terjemahnya: “Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al-Qur`an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya”.
Ayat di atas juga didukung oleh hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Khalifah Umar bin Khatab yang mengatakan bahwa:
اأُحْرِصُوْا عَلئَ تَعَلمِ اللغة العَرَبِيةِ فَإِنهُ جُزْءٌ مِنْ دِيْنِكُمْ.
Artinya: “Bersemangatlah dalam mempelajari bahasa Arab, karena sesungguhnya bahasa Arab adalah sebagian dari Agamamu” (HR Umar ibnu Khatab).
Dari ayat dan hadits di atas dapat dilihat dengan jelas betapa pentingnya mempelajari bahasa Arab, dimana selain menambah khazanah ilmu bahasa kita, dapat juga menambah pemahaman kita terhadap ajaran Islam. Karena yang menjadi pegangan dan pedoman hidup bagi umat Islam adalah Al-Qur`an dan Al-Hadits yang ditulis menggunakan bahasa Arab.
Kemahiran seseorang dalam berkomunikasi dengan menggunakan suatu bahasa tidaklah menjamin kemahirannya dalam mengajarkan bahasa tersebut kepada orang lain. Bisa saja seseorang itu hanya mahir berkomunikasi dengan bahasa Asing, karena ia tinggal di lingkungan bahasa Asing tersebut, namun dalam mengajarkannya kepada orang lain ia belum tentu bisa. Mahir berbahasa adalah salah satu hal yang penting dalam mengajarkan bahasa itu kepada orang lain sesuai dengan aturan tata bahasa Asing tersebut. Menjadi seorang guru bahasa Arab harus mengetahui setidak-tidaknya tiga hal penting dalam bahasa itu sendiri, yaitu: (1) kemahiran dalam berbahasa Arab itu sendiri, (2) pengetahuan tentang bahasa Arab dan budaya Arab, dan (3) keterampilan dalam mengajarkan bahasa Arab itu sendiri.
Terkait dengan item satu dan tiga di atas, maka dalam beberapa metode pengajaran bahasa Arab, terdapat beberapa metode yang sering digunakan, salah satunya adalah ath-Thariqah al-Mubasyarah yang merupakan metode yang sangat urgen untuk menentukan tercapainya tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Ath-Thariqah al-Mubasyarah didasarkan atas asumsi bahwa proses belajar bahasa kedua atau bahasa Asing sama halnya dengan belajar bahasa ibu (bahasa sehari-hari).
Realita sekarang ini di madrasah-madrasah ataupun pondok-pondok pesantren, bahasa Arab menjadi salah satu bahasa yang dominan diajarkan selain bahasa Inggris, dan kebanyakan strategi yang digunakan atau diterapkan oleh pengajar hanya lebih menekankan pada penguasaan qawaid (struktur bahasa), sehingga peserta didik lebih cenderung pasif di dalam kelas dan tidak dapat mengembangkan salah satu kemahirannya yaitu kemahiran berbicara (maharatul kallam).
Asumsi berikutnya ialah salah satu tujuan pembelajaran bahasa yang ingin dicapai adalah penguasaan dan pengembangan rasa bahasa yang naluriah yang berakar dalam hubungan langsung antara pengalaman dan ekspresi. Karena berbicara atau berkomunikasi melibatkan persepsi, pilihan dan tindakan. Rasa bahasa ini bersumber pada bahasa lisan. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya mula-mula diutamakan bahasa lisan ini, sedangkan menulis, membaca dan mengarang diberikan kemudian.
Ath-Thariqah al-Mubasyarah adalah metode yang memfokuskan pada kemampuan komunikasi aktif dan praktis peserta didik. Metode ini berpijak dari pemahaman bahwa pengajaran bahasa Asing tidaklah sama halnya dengan mengajar ilmu pasti alam. Pada prinsipnya ath-Thariqah al-Mubasyarah ini sangat utama dalam pengajaran bahasa Asing, karena melalui metode ini, peserta didik dapat langsung melatih kemahiran lidahmya dalam berkomunikasi tanpa menggunakan bahasa ibu (bahasa lingkungannya).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa implikasi ath-Thariqah al-Mubasyarah terhadap pembelajaran bahasa Arab ialah pembelajaran yang difokuskan pada kemampuan mempraktekkan komunikasi secara langsung daripada kesempurnaan qawaid, sehingga guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh bahasa ketimbang menekankan mereka untuk mempelajarinya dari segi strukturnya (qawaid).
Berdasarkan asumsi tersbut, maka pengajar dan praktisi pendidikan di pondok pesantren Al-Falah Limboto sebagai salah satu Yayasan Pendidikan Islam di Gorontalo yang mengajarkan bahasa Arab, telah memberikan terobosan baru dengan menyajikan ath-Thariqah al-Mubasyarah pada pembelajaran bahasa Arab. Dalam proses pembelajarannya dengan menggunakan thariqah al-Mubasyarah ini peserta didik bertindak sebagai komunikator yang berperan aktif dalam aktifitas berbicara/komunikasi. Artinya peserta didik bertindak lebih aktif dengan menggunakan bahasa ujar atau berucap secara lisan dengan menggunakan bahasa Arab. Karena untuk menjadi seorang komunikator yang efektif peserta didik harus berusaha untuk menampilkan komunikasi (baik secara verbal maupun non verbal), sedangkan guru bersifat sebagai fasilitator. Selain itu, aktivitas dalam kelas peserta didik benar-benar dikondisikan untuk menerima dan bercakap-cakap dalam bahasa Asing (bahasa Arab).
Melihat fenomena di atas, ath-Thariqah al-Mubasyarah sebagai salah satu metode yang digunakan dalam meningkatkan kemampuan berbahasa yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menggunakan bahasa Arab pada situasi yang alami dengan sikap spontanitas, kreatif untuk berkomunikasi (kalam) disamping penguasaan tata bahasa (qawaid). Dengan demikian, peserta didik dapat menguasai salah satu bahasa Asing (bahasa Arab) dengan baik dan benar, dan peserta didik tidak akan merasa terbebani dalam mempelajari bahasa Asing tersebut.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment