MUQADDIMAH

MUQADDIMAH
إنا أنزلنا القرآن عربيا لعلكم تعقلون

Friday, March 26, 2010

LAGU BAHASA ARAB ( Al-Ghinaul 'Arabiy )

ARTIST: KAZEM EL SAHER
ALBUM: ANA WA LAYLA
SONG: ANA WA LAYLA


ماتت بمحراب عينيك ابتهالاتي
My entreaties died in the caverns of your eyes.
واستسلمت لرياح اليأس راياتي
And my flags surrendered to the winds of despair.
جفت على بابك الموصد أزمنتي
My days escaped to find your door closed.
ليلى
Layla
وما أثمرت شيئا نداءاتي..
Wa ma athmarat shayan nidaati?
And what transpired with the object of my cries?
عامان ما رف لي لحن على وتر..
Two years and she didn't hear the melody of my strings...
ولا استفاقت على نور سماواتي
And she didn't the see light of my sky.
أعتق الحب في قلبي وأعصره..فارشف الهم
I freed the love in my heart and squeezed it...Then I drank grief
في مغبر كاساتي
From a dirty chalice.
ممزق أنا..لا جاه ولا ترف يغريك في
And I became torn. I had no prestige or luxury to tempt you with.
فخليني لآهاتي..
So then leave me with my grief ..
لو تعصرين سنين العمر أكملها ..
If you squeeze the years of my life completely,
لسال منها نزيف من جراحاتي
The blood from my wounds would flow.
لو كنت ذا ترف ما كنت رافضة حبي..
If I had riches, you would not have refused my love.
ولكن عسر الحال، فقر الحال، ضعف الحال مأساتي.
But I am in a state of difficulty, a state of poverty, a state of weakness.
عانيت..عانيت
I suffered... I suffered
لا حزن أبوح به..ولست تدرين..شيئا عن معاناتي.
But I do not reveal my sorrow, and you did not know a thing about my suffering .
أمشي واضحك..ياليلى..مكابرة
I walk and smile, oh Layla, because I'm stubborn.
على اخبئ عن الناس احتضاراتي
So I hide from the people, my approaching death.
لا الناس تعرف ..ما امري فتعذرني
For if the knew what is the matter, they would try to console me.
ولا سبيل لديهم في مواساتي..
And I knew that they could not.
يرسو بجفني حرمان يمص دمي
Deprivation rests upon my brow and sucks my blood.
ويستبيح اذا شاء ابتساماتي
And only he can allow me to smile.
معذورة أنت ان اجهضت لي أملي
You are forgiven for aborting my hopes.
لا الذنب ذنبك بل كانت حماقاتي..
The fault is not yours; it was my foolishness.
أضعت في عرض الصحراء قافلتي
I wasted my procession in the desert.
و جئت أبحث في عينيك عن ذاتي..
And I came, looking for myself in your eyes.
و جئت احضانك الخضراء منتشيا
And I came, looking for happiness in your embrace.
كالطفل يحمل ..أحلامي البريئات
Like a child, I formed my innocent dreams.
غرست كفك تجتثين اوردتي
And you planted your palms and uprooted my veins.
وتسحقين بلا رفق مسراتي
And you are planted without the kindness of my pleasures.
وا غربتاه...
And she emigrated...
مضاع هاجرت مدني..عني
My lost cities emigrated away from me
وما أبحرت منها شراعاتي..
And my sails never left her.
نفيت واستوطن الأغراب في بلدي
I was exiled and the strangers settled in my country
ودمروا كل أشيائي الحبيبات..
And they destroyed all my beloved things.
خانتك عيناك
Your eyes betrayed you.
في زيف وفي كذب
With forgery and lying
أم غرك البهرج الخداع
Your confusion decieved you.
مولاتي
My lady.
فراشة جئت ألقي كحلا أجنحتي لديك
I came as a butterfly to place within your hands, the colors of my wings.
فاحترقت ظلما جناحاتي..
Then injustice burned my wings.
أصيح والسيف مزروع بخاصرتي
I screamed while the sword was implanted in my chest.
والغدر حطم آمالي العريضات
And the betrayal destroyed my huge hopes.
وأنت ايضا الا تبت يداك..
And you also, I perished on your hands.
الا تبت يداك
I perished from your hands.
اذ آثرت قتلي واستعذبت أناتي
Because you preferred my murder and loved the sound of my groans.
ملي بحذف اسمك الشفاف من لغاتي
And so I deleted your precious name from my languages.
إذن ستمسي بلا ليلى... ليلى
Therefore, they will be told without Layla... Layla
إذن ستمسي بلا ليلى ..حكاياتي
Therefore they will be told without Layla, my stories.

METODE LANGSUNG ( At-Thariqah al-Mubasyarah )

A. Latar Belakang Masalah

Dilihat dari fungsinya, bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi dan sebagai penghubung dalam pergaulan sehari-hari, baik antara satu individu dengan individu lainnya, atau satu individu dengan masyarakat. Menurut pendapat ini sudah jelas bahwa fungsi bahasa adalah alat komunikasi yang dipakai di dalam masyarakat untuk menghubungkan satu sama lain. Bahasa yang ada di bumi ini lahir pada waktu yang sama dengan kelahiran manusia. Artinya manusia telah diciptakan menjadi makhluk yang berbahasa. Sehingga itu dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, bahasa memiliki peranan yang sangat penting. Selain berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi dapat juga sebagai penyampai pikiran atau ide, serta menggambarkan atau menjelaskan sesuatu hal, baik itu yang dialaminya ataupun dialami oleh orang lain. Komunikasi yang dimaksud dalam fungsi bahasa di atas adalah komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih.
Bahasa Arab adalah salah satu bahasa yang telah menjadi bahasa internasional setelah bahasa Inggris dan bahasa lainnya, dan memiliki banyak keistimewaan dibandingkan dengan bahasa yang lainnya. Sebagai seorang muslim, mempelajari bahasa Arab menjadi sangat penting, karena bahasa Arab adalah bahasa kitab suci orang muslim itu sendiri. Al-Qur`an sebagai kitab suci orang muslim ditulis dengan menggunakan bahasa Arab, sehingga Allah menyeru kepada ciptaan-Nya (makhluk-Nya) untuk mempelajarinya. Sebagaimana yang telah difirmankan-Nya dalam QS. Yusuf (2): 2:
      
Terjemahnya: “Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al-Qur`an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya”.
Ayat di atas juga didukung oleh hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Khalifah Umar bin Khatab yang mengatakan bahwa:
اأُحْرِصُوْا عَلئَ تَعَلمِ اللغة العَرَبِيةِ فَإِنهُ جُزْءٌ مِنْ دِيْنِكُمْ.
Artinya: “Bersemangatlah dalam mempelajari bahasa Arab, karena sesungguhnya bahasa Arab adalah sebagian dari Agamamu” (HR Umar ibnu Khatab).
Dari ayat dan hadits di atas dapat dilihat dengan jelas betapa pentingnya mempelajari bahasa Arab, dimana selain menambah khazanah ilmu bahasa kita, dapat juga menambah pemahaman kita terhadap ajaran Islam. Karena yang menjadi pegangan dan pedoman hidup bagi umat Islam adalah Al-Qur`an dan Al-Hadits yang ditulis menggunakan bahasa Arab.
Kemahiran seseorang dalam berkomunikasi dengan menggunakan suatu bahasa tidaklah menjamin kemahirannya dalam mengajarkan bahasa tersebut kepada orang lain. Bisa saja seseorang itu hanya mahir berkomunikasi dengan bahasa Asing, karena ia tinggal di lingkungan bahasa Asing tersebut, namun dalam mengajarkannya kepada orang lain ia belum tentu bisa. Mahir berbahasa adalah salah satu hal yang penting dalam mengajarkan bahasa itu kepada orang lain sesuai dengan aturan tata bahasa Asing tersebut. Menjadi seorang guru bahasa Arab harus mengetahui setidak-tidaknya tiga hal penting dalam bahasa itu sendiri, yaitu: (1) kemahiran dalam berbahasa Arab itu sendiri, (2) pengetahuan tentang bahasa Arab dan budaya Arab, dan (3) keterampilan dalam mengajarkan bahasa Arab itu sendiri.
Terkait dengan item satu dan tiga di atas, maka dalam beberapa metode pengajaran bahasa Arab, terdapat beberapa metode yang sering digunakan, salah satunya adalah ath-Thariqah al-Mubasyarah yang merupakan metode yang sangat urgen untuk menentukan tercapainya tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Ath-Thariqah al-Mubasyarah didasarkan atas asumsi bahwa proses belajar bahasa kedua atau bahasa Asing sama halnya dengan belajar bahasa ibu (bahasa sehari-hari).
Realita sekarang ini di madrasah-madrasah ataupun pondok-pondok pesantren, bahasa Arab menjadi salah satu bahasa yang dominan diajarkan selain bahasa Inggris, dan kebanyakan strategi yang digunakan atau diterapkan oleh pengajar hanya lebih menekankan pada penguasaan qawaid (struktur bahasa), sehingga peserta didik lebih cenderung pasif di dalam kelas dan tidak dapat mengembangkan salah satu kemahirannya yaitu kemahiran berbicara (maharatul kallam).
Asumsi berikutnya ialah salah satu tujuan pembelajaran bahasa yang ingin dicapai adalah penguasaan dan pengembangan rasa bahasa yang naluriah yang berakar dalam hubungan langsung antara pengalaman dan ekspresi. Karena berbicara atau berkomunikasi melibatkan persepsi, pilihan dan tindakan. Rasa bahasa ini bersumber pada bahasa lisan. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya mula-mula diutamakan bahasa lisan ini, sedangkan menulis, membaca dan mengarang diberikan kemudian.
Ath-Thariqah al-Mubasyarah adalah metode yang memfokuskan pada kemampuan komunikasi aktif dan praktis peserta didik. Metode ini berpijak dari pemahaman bahwa pengajaran bahasa Asing tidaklah sama halnya dengan mengajar ilmu pasti alam. Pada prinsipnya ath-Thariqah al-Mubasyarah ini sangat utama dalam pengajaran bahasa Asing, karena melalui metode ini, peserta didik dapat langsung melatih kemahiran lidahmya dalam berkomunikasi tanpa menggunakan bahasa ibu (bahasa lingkungannya).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa implikasi ath-Thariqah al-Mubasyarah terhadap pembelajaran bahasa Arab ialah pembelajaran yang difokuskan pada kemampuan mempraktekkan komunikasi secara langsung daripada kesempurnaan qawaid, sehingga guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh bahasa ketimbang menekankan mereka untuk mempelajarinya dari segi strukturnya (qawaid).
Berdasarkan asumsi tersbut, maka pengajar dan praktisi pendidikan di pondok pesantren Al-Falah Limboto sebagai salah satu Yayasan Pendidikan Islam di Gorontalo yang mengajarkan bahasa Arab, telah memberikan terobosan baru dengan menyajikan ath-Thariqah al-Mubasyarah pada pembelajaran bahasa Arab. Dalam proses pembelajarannya dengan menggunakan thariqah al-Mubasyarah ini peserta didik bertindak sebagai komunikator yang berperan aktif dalam aktifitas berbicara/komunikasi. Artinya peserta didik bertindak lebih aktif dengan menggunakan bahasa ujar atau berucap secara lisan dengan menggunakan bahasa Arab. Karena untuk menjadi seorang komunikator yang efektif peserta didik harus berusaha untuk menampilkan komunikasi (baik secara verbal maupun non verbal), sedangkan guru bersifat sebagai fasilitator. Selain itu, aktivitas dalam kelas peserta didik benar-benar dikondisikan untuk menerima dan bercakap-cakap dalam bahasa Asing (bahasa Arab).
Melihat fenomena di atas, ath-Thariqah al-Mubasyarah sebagai salah satu metode yang digunakan dalam meningkatkan kemampuan berbahasa yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menggunakan bahasa Arab pada situasi yang alami dengan sikap spontanitas, kreatif untuk berkomunikasi (kalam) disamping penguasaan tata bahasa (qawaid). Dengan demikian, peserta didik dapat menguasai salah satu bahasa Asing (bahasa Arab) dengan baik dan benar, dan peserta didik tidak akan merasa terbebani dalam mempelajari bahasa Asing tersebut.

KTSP BAHASA ARAB

A.Latar Belakang Pemikiran
Masa depan bangsa terletak dalam tangan genenerasi muda, mutu bangsa dikemudian hari bergantung pada pendidikan yang dikecap oleh anak-anak sekarang, terutama melalui pendidikan formal yang diterima di sekolah. Apa yang akan dicapai disekolah, ditentukan oleh kurikulum sekolah itu. Jadi barang siapa yang menguasai kurilulum memegang nasib Bangsa dan Negara. Maka dapat dipahami bahwa kurikulum sebagai alat yang begitu vital bagi perkembangan bangsa dipegang oleh pemerintah suatu Negara.
Kurikulum sebagai prasyaratan awal, secara umum diartikan sebagai sekumpulan materi dan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada peserata didik. Kurikulum haruslah didasarkan disesuaikan pada kebutuhan masyarakat dan peserta didik. Tidak heran pemikiran saat ini menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan memiliki sejumlah karekteristik yang tidak sama antara satu dan yang lain, akan tetapi secara mendasar juga terdapat kesamaan kebutuhan dan karekteristik antara satu dengan yang lain dan juga disadari akan adanya pemikiran kebutuhan negara didalamnya.
Pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 memiliki pengertian:
“Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Pendidikan nasional bertujuan mengembangakan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia,sehat,berilmu,cakap,kreatif,mandiri,dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Mencermati pengertian pendidikan dalam rumusan sistem pendidikan diatas, nampak bahwa unsur pendidikan adalah mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Suasana belajar terwujud jika terjadi interaksi antara guru dan siswa dalam suatu waktu dan tempat tertentu. Demikian halnya dengan proses pembelajaran yang dalam mensukseskannya terdapat beberapa instrument penting yakni adanya kurikukul, tersedianya guru yang professional, metode pembelajaran yang akurat, fasilitas pembelajaran, dan sistem evaluasi. termasuk di dalamnya adalah pembelajaran bahasa Arab sebagai salah satu mata pelajaran yang harus diberikan kepada siswa di Madrasah Aliyah. Bahasa Arab merupakan kebutuhan yang sangat penting, karena ia telah menjadi bahasa Agama,dan sebagai sumber keilmuan terutama ilmu-ilmu ke Islaman.
Adapun salah satu upaya peningkatan mutu pembelajaran bahasa Arab adalah dengan penyempurnaan kurikulum. Indikator keberhasilan pembaruan kurikulum mata pelajaran bahasa Arab ditunjukn dengan adanya perubahan pada pola kegiatan pembelajaran. dan pembaruan kurikulum bahasa Arab akan lebih bermakna bila dikuti oleh perubahan pengelolaan kurilulum.
Demikian pula, kurikulum dan pengajar merupakan dua hal yang tidak terpisahkan walaupun keduanya memiliki posisi yang berbeda. Kurikulum berfunsi sebagai pedoman yang memberikan arah dan tujuan pendidikan;serta isi yang harus dipelajari; sedangkan pengajaran adalah proses yang terjadi dalam interaksi belajar dan mengajar antara guru dan siswa. Dengan demikian,tamnpa kurikulum sebagai sebuah rencana ,maka pembelajaran atau pengajaran tidak akan efektif;demikian juga tanpa pembelajaran atau pengajaran sebagai implementasi sebuah rencana maka kurikulum tidak akan memiliki apa-apa.
Sesuai dengan kondisi saat ini pun,maka kurikulum telah diadakan inofasi dengan memberlakukan kurikulum tingkat satua pendidikan (KTSP). Dimana muatan kurikulum ini merefleksitkan pengetahuan keterampilan damn sikap sehingga dapat meningkatkan potensi peserta didik secara utuh.kseskan program kurilulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) ini, namun pada kenyataanya sampai sekarang masih ada sekolah yang merasa sulit dalam menerapkannya,lebih khusu lagi dalam pembelajaran bahasa Arab.
Berdasarkan pokok-pokok pemikiran tersebut sehingga problematika penerapan KTSP dalam pembelajaran bahasa Arab butuh diteliti guna mendapatkan jawaban tentang mengapa terjadi problem dalam menerapkan KTSP tesebut.

Thariqoh al-Qawaid wa at-Tarjamah )

Kata-kata kunci ; Thariqoh al-Qawaid wa at-Tarjamah, dan Penguasaan Kosa Kata.

Skripsi ini membahas tentang ”Penerapan Thariqoh al-Qawaid wa at-Tarjamah dan Implikasinya terhadap Penguasaan Kosa Kata Bahasa Arab Siswa Kelas VIII-2 di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTs.N) Model Limboto Kabupaten Gorontalo” dengan permasalahan sebagai berikut (1) Bagaimanakah penerapan thariqoh al-qawaid wa at-tarjamah dalam pembelajaran bahasa Arab di kelas VIII-2 Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Limboto, (2) Bagaimanakah impilkasi penerapan thariqoh al-qawaid wa at-tarjamah dalam meningkatkan penguasaan kosa kata siswa kelas VIII-2 Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Limboto dalam pembelajaran bahasa Arab, (3) Apa kendala penerapan thariqoh al-qawaid wa at-tarjamah dalam pembelajaran bahasa Arab bagi siswa kelas VIII-2 Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Limboto dan bagaimana langkah-langkah mengatasinya.
Penerapan adalah menyajikan atau mempraktekkan, jadi yang dimaksud dengan penerapan Thariqoh al-Qawaid wa at-Tarjamah adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan jalan menghafal tata bahasa serta menerjemahkan bacaan yang berbahasa Arab ke dalam bahasa ibu.
Thariqoh al-Qawaid wa at-Tarjamah merupakan salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Arab dan sangat urgen untuk menentukan tercapainya tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Hal ini dikarenakan bahwa kedudukan Thariqoh al-Qawaid wa at-Tarjamah memiliki peran penting dalam proses pembelajaran hingga dapat melakukan menerjemahkan teks bahasa Arab dengan menggunakan Bahasa target.
Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan dalam mengkaji permasalahan di atas digunakan metode kualitatif deskriptif dengan menggunakan pendekatan fenomenologis.
Dari hasil penelitian diperoleh data dan informasi tentang: di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTs.N) Model Limboto pada pembelajaran bahas Arab guru menggunakan beberapa thariqoh/metode diantaranya Thariqoh al-Mubasyarah, Thariqoh al-Qira’ah, Thariqoh al-Ittishaliyah dan Thariqoh al-Qawaid wa at-Tarjamah.Akan tetapi pada skripsi ini khusus dibahas tentang Thariqoh al-Qawaid wa at-Tarjamah yang penerapannya sudah cukup baik walaupun masih ada kendala yang dihadapi dalam penerapannya. Adapun Implikasi dari penerapan Thariqoh al-Qawaid wa at-Tarjamah dalam pembelajaran bahasa Arab adalah dapat meningkatkan penguasaan kosa kata bahasa Arab siswa.

METODE KOMUNIKATIF ( At-thariqah Al-ittishaliyah )

Kata-kata kunci: Implikasi, At-thariqah Al-ittishaliyah, Bahasa Arab

Skripsi ini membahas tentang" Implikasi Penerapan At-thariqah Al-ittishaliyah Pada Mata Pelajaran Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTs.N) Model Limboto Kabupaten Gorontalo. Adapun penel;itian ini mengangkat beberapa pokok permasalahan yakni (1) Bagaimana penerapan at-thariqah al-ittishaliyah dalam pembelajaran bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTs.N) Model Limboto (2) Implikasi penerapan dalam pembelajaran bahasa Arab di Madrasah Tsanawaiyah Negeri (MTs.N) Model Limboto (3) Apa kendala dan solusi penerapan at-thariqah al-ittishaliyah dalam pembelajaran bahasa Arab.
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain: (1) Untuk menetahui bagaimana penerapan at-thariqah al-ittishaliyah dalam pembelajaran bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTs.N) Model Limboto (2) Untuk mengetahu implikasi penerapan dalam pembelajaran bahasa Arab di Madrasah Tsanawaiyah Negeri (MTs.N) Model Limboto (3) Untuk mengetahui kendala dan upaya untuk mengatasinya.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatf deskriptif dengan menggunakan pendekatan fenomenologis dan edukatif. Sedangkan teknik pengumpulan data ditempuh dengan melalui: Observasi dan wawancara. Sumber data yang penelitian adalah guru bahasa Arab, peserta didik dan kepala madrasah Dari hasil temuan ini ditemukan beberapa hal sebagai berikut:
(1)At-thariqah Al-ittishaliyah adalah suatu cara, pola, atau langkah dalam membangun interaksi aktif antara peserta didik dalam kelas, yang dilakukan seorng pendidik dalam pembelajaran bahasa Arab sebagai upaya untuk membangkitkan semangat belajar peserta didik. Sehingga tujuan belajar bahasa dapat dicapai.(2) Implikasi penerapan At-thariqah Al-ittishaliyah pada pembelajaran Bahasa Arab dapat memberikan motivasi belajar peserta didik serta pencerahan pencapaian tujuan pembelajaran bahasa Arab secara maksimal dan memadai dan menepis anggapan bahwa bahasa Arab itu sebagai momok.(3) Kendala yang dihadapi agar diminimalisir dengan memberikan pelajaran tambahan kepada peserta didik sehingga ke empat keterampilan berbahasa semuanya dapat tercapai dengan baik.

ARJURMIYAH



بسم الله الرحمن الرحيم

متن الأجرومية

   اَلْكَــــــلاَمُ  
اَلْكَلاَمُ هُوَ اللَّفْظُ اْلمُرَكَّبُ اْلمُفِيْدُ بــِالوَضْعِ وَأَقْسَامُهُ ثَلاَثَةٌ: اِسْمٌ وَفِعْلٌ وَحَرْفٌ جَاءَ لِمَعْنَى. فَالاِسْمُ يُعْرَفُ بــِالخَفْضِ وَالتَّنْوِيْنِ وَدُخُوْلِ الأَلِفِ وَاللاَّمِ وَحُرُوْفِ الخَفْضِ وَهِيَ: مِنْ وَإِلَى وَعَنْ وَعَلَى وَفِي وَرُبَّ وَاْلَباءُ وَاْلكَافُ وَاللاَّمُ، وَحُرُوْفُ اْلقَسَمِ وَهِيَ: اْلوَاوُ وَاْلبَاءُ وَالتَّاءُ. وَاْلفِعْلُ يُعْرَفُ بــِقَدْ وَالسِّيْنَ وَسَوْفَ وَتَاءِ التَّأْنِيْثِ السَّاكِنَة .الحَرْفُ مَا لاَ يَصْلُحُ مَعَهُ دَلِيْلُ الاِسْمِ وَلاَ دَلِيْلُ اْلفِعْلِ.
KALAM
Kalam ialah lafazh yang tersusun dan bermakna lengkap. Pembagiannya ada tiga, yaitu : Isim, fi'il, dan huruf yang memiliki makna.
Isim itu dapat diketahui dengan melalui khafadh huruf yang akhirnya di jar-kan, tanwin, kemasukan alif-lam dan huruf khafadh. 
Huruf khafadh Ialah: dari, ke, dari, kepada,   pada/dalam,  kadang, sedikit sekali atau banyak sekali,  dengan, seperti,  untuk, dan huruf qasam atau sumpah. ialah huruf wawu, ba dan ta.
Fi'il itu dapat diketahui dengan melalui huruf qad, sin, saufa dan ta ta-nits yang di-sukun-kan.
Huruf ialah lafadz yang tidak layak disertai oleh adanya tanda bagi isim atau fi’il

   بَابُ الاِعْرَابِ   
اَلاِعْرَابُ هُوَ تَغْيـِيْرُ أَوَاخِرِ اْلكَلِمِ لاِخْتِلاَفِ العَوَامِلِ الدَّاخِلَةِ عَلَيْهَا لَفْظَا أَوْ تَقْدِيْرًا، وَأَقْسَامُهُ أَرْبَعَةٌ: رَفْعٌ وَنَصْبٌ وَخَفْضٌ وَجَزْمٌ . فَلِلأَسْمَاءِ مِنْ ذَلِكَ الرَّفْعُ وَالنَّصْبُ وَاْلخَفْضُ وَلاَ جَزْمَ فِيْهَا. و لِلأَفْعَالِ مِنْ ذَلكَ الرَّفْعُ وَالنَّصْبُ واْلجَزْمُ وَلاَ خَفْضَ فِيْهَا.
BAB I’RAB
I'rab ialah perubahan akhir kalimah karena perbedaan amil yang memasukinya, baik secara lafazh ataupun secara perkiraan.
pembagiannya ada empat macam, yaitu I’rab rafa'. i'rab nashab, I’rab khafadh, dan i'rab jazm.
Bagi Isim untuk empat macam yang boleh memasuki isim hanyalah i'rab rafa', i'rab nashab dan i'rab khafadh. Sedangkah i'rab jazm tidak boleh memasuki isim.
Bagi Fi’il untuk empat macam yang boleh memasuki fi'il hanyalah i'rab rafa', i'rab nashab dan i'rab jazm. Sedangkan i'rab khafadh tidak boleh memasuki fi'il.

   بَابُ مَعْرِفَةِ عَلاَمَاتِ الإِعْرَابِ  
 * لِلرَّفْعِ أَرْبَعُ عَلاَمَاتٍ: الضَّمَّةُ وَاْلوَاوُ واْلأَلِفُ وَالنُّوْنُ.
Ø   فَأَمَّا الضَّمَّةُ فَتَكُوْنُ عَلاَمَةً لِلرَّفْعِ فِي أَرْبَعَةِ مَوَاضِعَ: فِي الاِسْمِ المُفْرَدِ وَجَمْعِ التَّكْسِيْرِ وَجَمْعِ المُؤَنَّثِ السَّالِمِ وَاْلفِعْلِ المُضَارِعِ الذِي لَمْ يَتَّصِلْ بــِآخِرِهِ شَيْئٌ.
Ø   وَأَمَّا الوَاوُ فَتَكُوْنُ عَلاَمَةً لِلرَّفْعِ فِي مَوْضِعَيْنِ: فِي جَمْعِ اْلمُذَكَّرِ السَّالِمِ وَالأَسْمَاءِ اْلخَمْسَةِ: وَهِيَ أَبُوْكَ وَأَخْوْكَ وَحَمُوْكَ وَفُوْكَ وَذُوْ مَالٍ.
Ø   وَأَمَّا الأَلِفُ فَتَكُوْنُ عَلاَمَةً لِلرَّفْعِ فِي تَثْنِيَةِ الأَسْمَاءِ خَاصَّةً.
Ø   وَأَمَّا النُّوْنُ فَتَكُوْنُ عَلاَمَةً لِلرَّفْعِ فِي الفِعْلِ المُضَارِعِ إِذَا اتَّصَلَ بــِهِ ضَمِيْرُ تَثْنِيَةٍ أَوْ ضَمِيْرُ جَمْعٍ أَوْ ضَمِيْرُ المُؤَنَّثَةِ اْلمُخَاطَبَةِ.
BAB MENGETAHUI TANDA-TANDA I’RAB
I'rab rafa' mempunyai empat tanda, yaitu: dhammah, wawu, alif dan nun.
Dhammah menjadi alamat bagi i'rab rafa' pada empat tempat, yaitu pada isim mufrad, jamak taksir, jamak muannats salim dan fi'il mudhari' yang pada hurut akhirnya tidak bertemu dengan salah satu pun   dari alif tatsniyah, wawu jamak, atau ya muannats mukhathabah .
Wawu menjadi alamat bagi i'rab rafa' pada dua tempat, yaitu pada jamak mudzakkar salim dan asmaul khamsah   isim-isim yang lima . Asmaul khamsah itu ialah: Ayahmu; saudaramu; iparmu, atau mertuamu; mulutmu; dan yang mempunyai harta.
Alif menjadi alamat bagi i'rab rafa' khusus pada isim tatsniyah.
Nun menjadi alamat bagi i'rab rafa' pada fi'il mudhari' bilamana bertemu dengan dhamir tatsniyah atau dhamir jamak mudzakkar atau dhamir muannats mukhathabah.

* وَ لِلنَّصْبِ خَمْسُ عَلاَمَاتٍ: اَلْفَتْحَةُ وَاْلأَلِفُ وَاْلكَسْرَةُ وَاْليَاءُ وَحَذْفُ النُّوْنِ.
Ø   فَأَمَّا الفَتْحَةُ فَتَكُوْنُ عَلاَمَةً  لِلنَّصْبِ فِي ثَلاَثَةِ مَوَاضِعَ: فِي الاِسْمِ المُفْرَدِ وَجَمْعِ التَّكْسِيْرِ وَاْلفِعْلِ المُضَارِعِ إِذَا دَخَلَ عَلَيْهِ نَاصِبٌ وَلَمْ يَتَّصِلْ بـِآخِرِهِ شَيْئٌ.
Ø   وَأَمَّا الأَلِفُ فَتَكُوْنُ عَلاَمَةً لِلنَّصْبِ فِي الأَسْمَاءِ الخَمْسَةِ نَحْوُ رَأَيْتُ أَبَاكَ وَأَخَاكَ وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ.
Ø   وَأَمَّا اْلكَسْرَةُ فَتَكُوْنُ عَلاَمَةً لِلنَّصْبِ فِي جَمْعِ اْلمُؤَنَّثِ السَّالِمِ .
Ø   وَأَمَّا اليَاءُ فَتَكُوْنُ عَلاَمَةً لِلنَّصْبِ فِي التَّثْنِيَةِ وَاْلجَمْعِ .
Ø   وَأَمَّا حَذْفُ النُّوْنِ فَيَكُوْنُ عَلاَمَةً لِلنَّصْبِ فِي الأَفْعَالِ الخَمْسَةِ الَّتِى رَفْعُهَا بــِثَبَاتِ النُّوْنِ.
I'rab nashab mempunyai lima alamat, yaitu: fathah, alif, kasrah, ya dan menghilangkan huruf nun yang menjadi tanda i'rab rafa'.
Fathah menjadi alamat bagi i'rab nashab berada pada tiga tempat, yaitu pada isim mufrad, jamak taksir dan fi'il mudhari' bilamana kemasukan padanya amil yang me-nashab-kan dan pada akhir kalimatnya tidak bertemu dengan sesuatu pun   dari alif tatsniyah, wawu jamak, nun taukid dan sebagainya .
Alif menjadi alamat bagi i'rab nashab berada pada asmaul khamsah, contoh:  Aku telah melihat ayahmu dan saudaramu  dan lafazh yang menyerupainya.
Kasrah menjadi alamat i'rab nashab hanya terdapat pada bentuk jamak muannats salim saja.
Membuang   huruf  nun, menjadi alamat bagi i'rab nashab pada af'alul khamsah yang di-rafa'-kannya dengan memakai nun itsbat   tetap .
 * وَ لِلْخَفْضِ ثَلاَثُ عَلاَمَاتٍ:  الكَسْرَةُ وَالْيَاءُ وَاْلفَتْحَةُ.
Ø   فَأَمَّا الكَسْرَةُ فَتَكُوْنُ عَلاَمَةً لِلْخَفْضِ فِي ثَلاَثَةِ مَوَاضِعَ: فِي الاِسْمِ المُفْرَدِ اْلمُنْصَرِفِ وَجَمْعِ التَّكْسِيْرِ اْلمُنْصَرِفِ وَجَمْعِ المُؤَنَّثِ السَّالِمِ.
Ø   وَأَمَّا اليَاءُ فَتَكُوْنُ عَلاَمَةً لِلْخَفْضِ فِي ثَلاَثَةِ مَوَاضِعَ: فِي الأَسْمَاءِ الخَمْسَةِ وَفِي التَّثْنِيَةِ وَاْلجَمْعِ.
Ø   وَأَمَّا الفَتْحَةُ فَتَكُوْنُ عَلاَمَةً لِلْخَفْضِ فِي الاِسْمِ الذى لاَ يَنْصَرِفُ.
I'rab khafadh mempunyai tiga alamat, yaitu: kasrah, ya dan fathah.
Kasrah menjadi alamat bagi i'rab khafadh pada tiga tempat, yaitu pada isim mufrad yang menerima tanwin, jamak taksir yang menerima tanwin dan jamak muannats salim.
Ya menjadi alamat i'rab khafadh pada tiga tempat, yaitu pada asmaul khamsah, isim tatsniyah dan jamak   mudzakkar salim .
Fathah menjadi alamat i'rab khafadh pada isim yang tidak menerima tanwin ghair munsharif .

* وَ لِلْجَزْمِ عَلاَمَتَانِ: السُّكُوْنُ وَاْلحَذْفُ.
Ø   فَأَمَّا السُّكُوْنُ فَيَكُوْنُ عَلاَمَةً لِلْجَزْمِ فِي الفِعْلِ المُضَارِعِ الصَّحِيْحِ اْلآخِرِ.
Ø   وَأَمَّا الحَذْفُ فَيَكُوْنُ عَلاَمَةً لِلْجَزْمِ فِي اْلفِعْلِ المُضَارِعِ اْلمُعْتَلِّ اْلآخِرِ وَفِي اْلأَفْعَالِ التَى رَفْعُهَا بِثَبَاتِ النُّوْنِ.
Tanda I'rab Jazm
I'rab jazm mempunyai dua alamat yaitu, sukun dan membuang.
Sukun menjadi alamat bagi i'rab jazm pada fi'il mudhari' yang shahih akhirnya.
Membuang itu menjadi tanda bagi i'rab jazm pada fi'il mudhari' yang mu'tal akhir dan pada fi'il-fi'il yang dirafa'-kannya dengan nun tetap.
   الْمُـــــعْرَبـــَـــاتُ
* اَلْمُعْرَبَاتُ قِسْمَانِ: قِسْمٌ يُعْرَبُ بـِالحَرَكَاتِ وَقِسْمٌ يُعْرَبُ بــِالحُرُوْفِ .
Ø   فَالَّذِي يُعْرَبُ بـِالحَرَكَاتِ أَرْبَعَةُ أَنْوَاعٍ : الاِسْمُ اْلمُفْرَدُ وَجَمْعُ التَّكْسِيْرِ وَجَمْعُ اْلمُؤَنَّثِ السَّالِمِ وَاْلفِعْلُ اْلمُضَارِعُ الَّذِى لَمْ يَتَّصِلْ بـِآخِرِهِ بــِشَيْئٍ، وَكُلُّهَا تُرْفَعُ بـِالضَّمَّةِ وَتُنْصَبُ بـِالفَتْحَةِ وَتُخْفَضُ بـِالكَسْرَةِ وَتُجْزَمُ بـِالسُّكُوْنِ.  وَخَرَجَ عَنْ ذَلِكَ ثَلاَثَةُ أَشْيَاءَ: جَمْعُ اْلمُؤَنَّثِ السَّالِمُ يُنْصَبُ بـِالكَسْرَةِ وَالاِسْمُ الذى لاَ يَنْصَرِفُ  يُخْفَضُ بـِالفَتْحَةِ وَاْلفِعْلُ اْلمُضَارِعُ اْلمُعْتَلُّ اْلآخِرِ يُجْزَمُ بـِحَذْفِ آخِرِهِ.
Lafazh yang Di-mu'rab-kan
Lafazh-lafazh yang di-mu'rab-kan terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian yang di-i'rab-i dengan memakai harakat dan bagian yang di-i'rab-i dengan memakai huruf.
Lafazh yang di-i'rab-i dengan memakai harakat ada empat macam, yaitu: isim mufrad, jamak taksir, jamak muannats salim dan fi'il mudhari' yang tidak bertemu dengan sesuatu pun   dari huruf alif, wawu, ya, nun taukid atau huruf 'illat .
Semua lafazh itu di-rafa'-kan dengan memakai dhammah, di- nashab-kan dengan memakai fathah, di-khafadh-kan dengan memakai kasrah dan di-jazm-kan dengan memakai sukun. Yang demikian itu terdapat pada tiga tempat. Yakni jamak muannats salim dinasabkan dengan kasrah, isim yang tidak bertanwin ( la yansharif ) di di-khafadh-kan dengan fathah, dan fi’il mudhari’ yang mempunyai huruf illat pada akhirnya di jazm- kan dengan membuang sebuah huruf pada akhirnya.

   وَالَّذى يُعْرَبُ بـِالحُرُوْفِ أَرْبَعَةُ أَنْوَاعٍ : التَّثْنِيَةُ وَجَمْعُ اْلمُذَكَّرِ السَّالِمُ وَاْلأَسْمَاءُ اْلخَمْسَةُ وَاْلأَفْعَالُ الْخَمْسَةُ وَهِيَ: يَفْعَلاَنِ وَتَفْعَلاَنِ وَيَفْعَلُوْنَ وَتَفْعَلُوْنَ وَتَفْعَلِيْنَ.
Ø   فَأَمَّا التَّثْنِيَةُ فَتُرْفَعُ بـِالأَلِفِ وَتُنْصَبُ وَتُخْفَضُ وَتُخْفَضُ بـِاليَاءِ.
Ø    أَمَّا جَمْعُ اْلمُذَكَّرِ السَّالِمُ فَيُرْفَعُ بـِالوَاوِ وَيُنْصَبُ وَيُنْصَبُ وَيُخْفَضُ بـِاليَاءِ.
Ø   وَأَمَّا الأَسْمَاءُ اْلخَمْسَةُ فَتُرْفَعُ بـِالوَاوِ وَتُنْصَبُ بـِالأَلِفِ وَتُخْفَضُ بـِااليَاءِ.
Ø    وَأَمَّا اْلأَفْعَالُ اْلخَمْسَةُ فَـتُُرْفَعُ بـِالنُّوْنِ وَ تُنْصَبُ وَتُجْزَمُ بـِحَذْفِهَا
Lafazh yang di-i'rab-i dengan memakai huruf ada empat macam, yaitu: 1. isim tatsniyah; 2. jamak mudzakkar salim; 3. asmaul khamsah; 4. af'lul khamsah, yaitu Yaf'alâni, taf'alâni, yaf'alûna, taf'alûna, taf'alîna.
Adapun isim tatsniyah maka di-rafa'-kan dengan memakai alif, di-nashab-kan dan di-khafadh-kan dengan memakai ya.
Adapun jamak mudzakkar salim maka di-rafa'-kan dengan memakai wawu dan di-nashab-kan serta di-jar-kan dengan memakai ya.
Adapun asmaul khamsah maka di-rafa'-kan dengan memakai wawu dan di-nashab-kan dengan memakai alif serta di-jar-kan dengan memakai ya.
Adapun af'alul khamsah maka di-rafa'-kan dengan memakai nun dan di-nashab-kan serta di-jazm-kan dengan membuang   menghilangkan  huruf nun-nya.

  بَـــابُ الأَفــــــْعَالِ

* الأَفْعَالُ ثَلاَثَةٌ: مَاضٍ وَمُضَارِعٌ وَأَمْرٌ نَحْوُ ضَرَبَ وَيَضْرِبُ وَاضْرِبْ.
فَالمَاضِى مَفْتُوْحُ اْلآخِرِ أَبَدًا، وَاْلمُضَارِعُ مَا كَانَ فِي أَوَّلِهِ إِحْدَى الزَّوَائِدِ اْلأَرْبَعِ يَجْمَعُهَا قَوْلُكَ: أَنَيْتُ، وَهُوَ مَرْفُوْعٌ أَبَدًا حَتَّى يَدْخُلَ عَلَيْهِ نَاصِبٌ أَوْ جَازِمٌ.
Bab Kata Kerja
Kata kerja itu ada tiga macam, kata kerja lampau, kata kerja sedang/ sementara, dan kata perintah, seperti telah memukul, sedang memukul, danpukulllah.
Kata kerja lampau, berbaris fathah selamanya pada huruf terakhirnya. Kata kerja lampau, adalah apabila terdapat pada awalnya empat huruf tambahan yang terhimpun dalam kata ” ANAITU ” dan dia marfu’ selamanya, sampai ia dimasuki oleh awamil nashab atau jazam. 
* فَالنَّوَاصِبُ عَشْرَةٌ وَهِيَ: أَنْ وَلَنْ وَإِذَنْ وَكَيْ وَلاَمُ كَيْ وَلاَمُ اْلجُحُوْدِ وَحَتَّى وَاْلجَوَابُ بـِالفَاءِ وَاْلوَاوِ وَأَوْ.
Amil yang me-nashab-kan itu ada sepuluh, yaitu: bahwa, tidak akan, kalau begitu, agar, supaya, lam juhud sesudah nafi, sehingga, jawab dengan fa,  jawab dengan wawu, dan,  atau /kecuali .
* وَاْلجَوَازِمُ ثَمَانِيَةَ عَشَرَ وَهِيَ : لَمْ وَلَمَّا وَأَلَمْ وَأَلَمَّا وَلاَمُ اْلأَمْرِ وَالدُّعَاءِ وَلاَ فِي النَّهْيِ وَالدُّعَاءِ وَإِنْ وَمَا وَمَنْ وَمَهْمَا وَإِذْمَا وَأَيُّ وَمَتَى وَأَيَّانَ وَأَيْنَ وَأَنَّى وَحَيْثُمَا وَكَيْفَمَا وَإِذًا فِي الشِّعْرِ خَاصَّةً.
Amil yang men-jazm-kan
Amil yang men-jazm-kan ada delapan belas, yaitu: Lam (belum/tidak), lammâ (belum), alam (belum), alammâ ( Apakah tidak), lam amar (hendaklah), lam du'a (semoga), lâ nahi (janganlah) dan lâ du'a (semoga), in (apabila/bila), (apa saja), man (siapa), mahmâ ( setiap-tentupun), idzmâ (apabila), ayyu (siapa saja), matâ (kapan saja), ayyâna ( mana saja ), aina ( dimana saja), annâ ( setiap-tentu), haitsumâ ( andaikata), kaifamâ ( Bagaimana saja-cara), dan idzan (bila ), khusus dalam syair.

   بَابُ مَرْفُوْعَاتِ اْلأَسْـــمَاءِ  
* اَلْمَرْفُوْعَاتُ سَبْعَةٌ وَهِيَ: الفَاعِلُ وَاْلمَفْعُــوْلُ الَّذِي لَمْ يُسَمَّ فَاعِلُهُ وَاْلمُبْتَدَأُ وَخَبَرُهُ وَاسْمُ كَانَ وَأَخَوَاتُهَا وَخَبَرُ إِنَّ وَأَخَوَاتُهَا وَالتَّابـِعُ لِلْمَرْفُوْعِ وَهِيَ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ: النَّعْتُ وَاْلعَطْفُ وَالتَّوْكِيْدُ وَاْلبَدَلُ.
Isim-Isim Yang Di Rafa’kan
Isim-isim yang di-rafa'-kan ada tujuh macam, yaitu: fa'il, maf'ul yang tidak disebutkan fa'il-nya, mubtada dan khabar-nya, isim kâna dan saudara-saudaranya, khabar inna dan saudara-saudaranya, dan lafazh yang mengikuti kalimah yang di-rafa'-kan, yaitu ada empat macam sebagai berikut: na'at, taukid, 'athat dan badal.
  بَابُ الفَاعِلِ
* الفَاعِلُ هُوَ اْلاِسْمُ اْلمَرْفُوْعُ المَذْكُوْرُ قَبْلَهُ فِعْلُهُ وَهُوَ عَلَى قِسْمَيْنِ: ظَاهِرٍ وَمُضْمَرٍ.
Fa'il ialah isim marfu' yang disebutkan terlebih dahulu fi'il-nya. Dan fa'il terbagi menjadi dua bagian, yaitu fa'il yang zhahir dan fa'il yang mudhmar / tersembunyi .
* فَالظَّاهِرُ نَحْوُ قَوْلِكَ: قَامَ زَيْدٌ وَ يَقُوْمُ زَيْدٌ وَقَامَ الزَّيْدَانِ وَيَقُوْمُ الزَّيْدَانِ وَقَامَ الزَّيْدُوْنَ وَيَقُوْمُ الزَّيْدُوْنَ وَقَامَ الرِّجَالُ وَيَقُوْمُ الرِّجَالُ وَقَامَتْ هِنْدٌ وَتَقُوْمُ هِنْدٌ وَقَامَتِ اْلهِنْدَانِ وَتَقُوْمُ اْلهِنْدَانِ وَقَامَتِ اْلهِنْدَاتُ وَتَقُوْمُ اْلهِنْدَاتُ وَقَامَتِ اْلهُنُوْدُ وَتَقُوْمُ اْلهُنُوْدُ وَقَامَ أَخُوْكَ وَيَقُوْمُ أَخُوْكَ وَقَامَ غُلاَمِيْ وَيَقُوْمُ غُلاَمِيْ وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ.
Fa'il Isim yang Zhahir
Fa'il isim yang zhahir seperti,  telah berdiri seorang Zaid, sedang berdiri seorang zaid, telah berdiri dua orang Zaid, sedang berdiri dua orang zaid, telah berdiri banyak Zaid, sedang berdiri banyak zaid, telah berdiri seorang laki-laki, sedang berdiri seorang laki-laki, telah berdiri seorang hindun, sedang berdiri seorang hindun, telah berdiri dua orang hindun, sedang berdiri dua orang hindun, telah berdiri banyak hindun, sedang berdiri banyak hindun, telah beriri saudaramu, sedang berdiri saudaramu, telah berdiri seorang anak laki-lakiku, sedang berdiri seorarang anak laki-lakiku, dan yang contoh lain seperti itu.
* وَاْلمُضْمَرُ اِثْنَا عَشَرَ نَحْوُ قَوْلِكَ: ضَرَبْتُ وَضَرَبْنَا وَضَرَبْتَ وَضَرَبْتِ وَضَرَبْتُمَا وَضَرَبْتُمْ وَضَرَبْتُنَّ وَضَرَبَ وَضَرَبَتْ وَضَرَبَا وَضَرَبُوْا وَضَرَبْنَ.
Fail isim Yang mudmar/ tersembunyi itu ada dua belas, yakni : aku telah memukul, kami telah memukul, kamu L telah memukul, kamu P telah memukul, kalian berdua telah memukul, kalian semua telah memukul, dia L telah memukul, dia P telah memukul, mereka berdua telah memukul, mereka semua L telah memukul, mereka semua P telah memukul.
  بَابُ اْلمَفْعُوْلِ الَّذِي لَمْ يُسَمَّ فَاعِلُهُ
وَهُوَ اْلاِسْمُ اْلمَرْفُوْعُ الذِي لَمْ يُذْكَرْ مَعَهُ فَاعِلُهُ.  
Ø   فَإِنَ كَانَ اْلفِعْلُ مَاضِيًا ضُمَّ أَوَّلُهُ وَكُسِرَ مَا قَبْلَ آخِرِهِ.
Ø   وَإِنْ كَانَ مًضَارِعًا ضُمَّ أَوَّلُهُ وَفُتِحَ مَا قَبْلَ آخِرِه، وهُوَ قِسْمَيْنِ: ظَاهِرٌ وَمُضْمَرٌ.
Maf'ul Yang Fa'il-Nya Tidak Disebutkan ( Naibul Fail )
Naibul Fa'il ialah isim marfu' yang tidak disebutkan fa'il-nya.
Apabila fi'il-nya fi'il madhi, maka dhammah-kanlah huruf awalnya dan huruf sebelum akhirnya di-kasrah-kan;
Apabila fi'il-nya fi'il mudhari' maka dhammah-kanlah huruf awalnya dan huruf sebelum akhirnya di-fathah-kan.
- فَالظَّاهِرُ نَحْوُ قَوْلِكَ ضُرِبَ زَيْدٌ وَيُضْرَبُ زَيْدٌ وَأُكْرِمَ عَمْرٌو وَيُكْرَمُ عَمْرٌو
- وَاْلمُضْمَرُ اِثْنَا عَشَرَ نَحْوُ قَوْلِكَ ضُرِبْتُ وَضُرِبْنَا وَضُرِبْتَ وَضُرِبْتِ وَضُرِبْتُمَا وَضُرِبْتُمْ وَضُرِبْتُنَّ وَضُرِبَ وَضُرِبَتْ وَضُرِبَا وَضُرِبُوْا وَضُرِبْنَ.
Yang zhahir seperti telah dipukul si zaid itu, sedang dipukul si zaid itu, telah dihormati si umar itu, sedang dihormati si umar itu.
Yang mudmar/ tersembunyi itu ada dua belas, yakni : telah dipukul aku, telah dipukul kami, telah dipukul kamu L, telah dipukul kamu P, telah dipukul kalian berdua, telah dipukul kalian semua, telah dipukul dia L, telah dipukul dia P, telah dipukul mereka berdua, telah dipukul mereka semua L, telah dipukul mereka semua P.


  بَابُ اْلمُبْتَدَأ وَاْلخَبَر
* اَلْمُبْتَدَأُ هُوَ اْلاِسْمُ اْلمَرْفُوْعُ اْلعَارِىْ عَنِ اْلعَوَامِلِ اللَّفْظِيَّةِ.
* وَاْلخَبَرُ هُوَ اْلاِسْمُ اْلمَرْفُوْعُ اْلمُسْنَدُ إِلَيْهِ نَحْوُ قَوْلِكَ زَيْدٌ قَائِمٌ والزَّيْدَانِ قَائِمَانِ وَالزَّيْدُوْنَ قَائِمُوْنَ.
Mubtada’ Dan Khabar
Mubtada ialah isim marfu' yang bebas dari amil lafazh, sedangkan khabar ialah isim marfu' yang di-musnad-kan kepada mubtada, contohnya seperti perkataan : Zaid berdiri, dua Zaid itu berdiri dan   Zaid-Zaid itu berdiri.
 وَاْلمُبْتَدَأُ قِسْمَانِ ظَاهِرٌ وَمُضْمَرٌ. فَالظَّاهِرُ مَا تَقَدَّمَ ذِكْرُهُ، وَاْلمُضْمَرُ اِثـْنَا عَشَرَ وَهِيَ أَنَا وَنَحْنُ وَأَنْتَ وَأَنْتِ وَأَنْتُمَا وَأَنْتُمْ وَأَنْتُنَّ وَهُوَ وَهِيَ وَهُمَا وَهُمْ وَهُنَّ.  نَحْوُ قَوْلِكَ أَنَا قَائِمٌُ وَنَحْنُ قَائِمُوْنَ وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ.
Mubtada itu terbagi menjadi dua bagian, yaitu mubtada yang zhahir dan mubtada yang mudhmar   dhamir. Mubtada zhahir penjelasannya telah dikemukakan. Sedangkan mubtada yang mudhmar ada dua belas, yaitu:    saya, kami atau kita, kamu -laki-laki,    kamu -perempuan, kamu berdua -laki-laki/perempuan, kalian -laki-laki,    kalian -perempuan,    dia -laki-laki, ia -perempuan,    mereka berdua -laki-laki/perempuan,    mereka semua -laki-laki,    mereka semua -perempuan, seperti perkataan    saya berdiri, Kami berdiri, dan contoh yang seperti itu.

·      وَاْلخَبَرُ قِسْمَانِ مُفْرَدٌ وَغَيْرُ مُفْرَدٍ. فَالمُفْرَدُ نَحْوُ زَيْدٌ قَائِمٌ .
وَغَيْرُ اْلمُفْرَدِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ اَلْجَارُ وَاْلمَجْرُوْرُ وَالظَّرْفُ وَاْلفِعْلُ مَعَ فَاعِلِهِ وَاْلمُبْتَدَأُ مَعَ خَبَرِهِ نَحْوُ قَوْلِكَ زَيْدٌ فِي الدَّارِ وَزَيْدٌ عِنْدَكَ وَزَيْدٌ قَامَ أَبُوْهُ وَزَيْدٌ جَارِيَتُهُ ذَاهِبَةٌ.
Khabar itu ada dua bagian, yaitu khabar mufrad dan khabar ghair mufrad. Khabar mufrad, seperti si zaid itu telah berdiri.
Khabar ghair mufrad ada empat macam, yaitu: 1. Jar dan majrur; 2. zharaf; 3. fi'il beserta fa'ilnya; dan 4. mubtada beserta khabarnya. Contohnya seperti perkataan:    Zaid berada di dalam rumah, Zaid berada di sisimu,   Zaid, ayahnya telah berdiri,  Zaid hamba perempuannya pergi.
  بَـــابُ اْلعَـــوَامِلِ الدَّاخِلَةِ عَلَى اْلمُبْتـــَدَإِ وَاْلخَـــــــبَرِ
وَهِيَ ثَلاَثَةُ أَشْيَاءَ كَانَ وَأَخَوَاتُهَا وَإِنَّ وَأَخَوَاتُهَا وَظَنَنْتُ ,َأَخَوَاتُهَا.
Amil-Amil Yang Memasuki Mubtada’ Dan Khabar
Dia terdiri atas tiga macam, kaana dan saudara-saudaranya, inna dan saudara-saudaranya, dan zhanna dan saudara-saudaranya.
 * فَأَمَّا كَانَ وَأَخَوَاتُهَا فَإِنَّهَا تَرْفَعُ اْلاِسْمَ وَتَنْصِبُ اْلخَبَرَ وَهِيَ كَانَ وَأَمْسَى وَأَصْبَحَ وَأَضْحَى وَظَلَّ وَبَاتَ وَصَارَ وَلَيْسَ وَمَا زَالَ وَما انْفَكَّ وَمَا فَتِئَ وَمَا بَرِحَ  وَمَا دَامَ وَمَا تَصَرَّفَ مِنْهَا نَحْوُ كَانَ وَيَكُوْنُ وَكُنْ وَأَصْبَحَ وَيُصْبِحُ وَاَصْبـِحْ، تَقُوْلُ أَصْبَحَ زَيْدٌ قَائِمًا وَلَيْسَ عَمْرٌو شَاخِصًا وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ.
Adapun kaana dan saudara-saudaranya berfungsi merafa’kan isimnya dan me-nasab-kan khabar-nya yaitu:   Adalah/keadaan/terjadi,    waktu sore hari,  waktu pagi/sekarang,    waktu dhuha,  waktu siang hari,     waktu malam hari, menjadikan ,    meniadakan,    terputus-putus, tetap dan terus-menerus, dan lafazh-lafazh yang bisa di-tashrif darinya misalnya:  telah jadi, sedang jadi, jadilah,  Contoh:    adalah Zaid berdiri , dan   tiadalah ‘Amr menampakkan diri , dan lafaz yang menyerupainya.
* وَأَمَّا إِنَّ وَأَخَوَاتُهَا فَإِنَّها تَنْصِبُ اْلاِسْمَ وَتَرْفَعُ اْلخَبَرَ وَهِيَ إِنَّ وَأَنَّ وَلَكِنَّ وَكَأَنَّ وَلَيْتَ وَلَعَلَّ. وَمَعْنَى إِنَّ وَأَنَّ لِلتَّوْكِـيْدِ وَلَكِنَّ لِلاِسْتِدْرَاكِ وَكَأَنَّ لِلتَّـشْبـِيْهِ وَلَيْتَ لِلتَّمَنِّى وَلَعَلَّ لِلتَّرَجِّى وَالتَّوَقُّعِ.
Adapun Inna dan saudara-saudaranya berfungsi menasabkan isim-nya dan me-rafa’-kan khabar-nya. Yakni Sesungguhnya/sesungguhnya, akan tetapi, bagaikan, seandainya, mudah-mudahan. Dan makna Inna dan Anna adalah untuk mengukuhkan/menguatkan, Walakinna untuk menyusul /susulan perkataaan, Kaanna untuk menyerupakan, Laita untuk angan-angan ( mengharapkan sesuatu yang mustahil terjadi, La’alla untuk mengharapkan sesuatu yang mungkin terjadi dan untuk hal-hal yang tidak disukai.  

 * وَأَمَّا ظَنَنْتُ وَأَخَوَاتُهَا فَإِنَّهَا تَنْصِبُ اْلمُبْتَدَأَ وَاْلخَبَرَ عَلَى أَنَّهُمَا مَفْعُوْلاَنِ لَهَا، وَهِيَ ظَنَنْتُ وَحَسِبْتُ وَخِلْتُ وَزَعَمْتُ وَرَأَيْتُ وَعَلِمْتُ وَوَجَدْتُ وَاتَّخَذْتُ وَجَعَلْتُ وَسَمِعْتُ، تَقُوْلُ ظَنَنْتُ زَيْدًا مُنْطَلِقًا وَخِلْتُ عَمْرًا شَاخِصًا وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ.
Adapun Zhanna dan saudara-saudaranya berfungsi me-nashab-kan mubtada dan khabar yang kedua-duanya menjadi maf’ul-nya maf’ul awal dan maf’ul tsani atau kedua. Yakni :  Dzhonantu (Aku menduga),  Hasibtu, Khiltu, dan Za’amtu (Aku menduga), Roaitu ‘alimtu dan Wajadtu  ( Aku telah mengetahui dengan yakin ), Ittakhoztu  dan Ja’altu ( Aku menjadikan ), dan sami’tu ( Aku mendengar ), Seperti : Aku telah menduga Zaid berangkat, aku menduga bahwa bulan itu telah terbit, dan lafadz yang menyerupai seperti itu.   
  بَابُ الــنَّعْتِ

* اَلنَّعْتُ تَابـِعٌ لِلْمَنْعُوْتِ فِي رِفْعِهِ وَنَصْبـِهِ وَحَفْضِهِ وَتَعْرِيْفِهِ وَتَنْكِيْرِهِ، تَقُوْلُ قَامَ زَيْدٌ اْلعَاقِلُ وَرَأَيْتُ زَيْدًا اْلعَاقِلَ وَمَرَرْتُ بـِزَيْدٍ اْلعَاقِلِ.
Na'at/Sifat  Ialah lafazh yang mengikuti kepada makna lafazh yang diikutinya, baik dalam hal rafa', nashab, khafadh/jar, ma'rifat maupun nakirah-nya.   Seperti  Anda mengatakan : Telah berdiri Zaid yang berakal telah, aku telah melihat Zaid yang berakal dan Aku telah bersua dengan Zaid yang berakal .
وَاْلمَعْرِفَةُ خَمْسَةٌ أَشْيَاءَ الاِسْمُ اْلمُضْمِرُ نَحْوُ أَنَا وَأَنْتَ وَاْلاِسْمُ اْلعَلَمُ نَحْوُ زَيْدٍ وَمَكَّةَ  وَاْلاِسْمُ اْلمُبْهَمُ نَحْوُ هَذَا وَهَذِهِ وَهَؤُلاَءِ وَالاِسْمُ الذِى فِيهِ اْلاَلِفُ واللاَّمُ نَحْوُ الرَّجُلُ وَاْلغُلاَمُ وَمَا أُضِيْفَ إِلَى وَاحِدٍ مِنْ هَذِهِ اْلأَرْبَعَةِ.
Isim ma'rifat itu ada lima macam, yaitu:
  1. Isim Mudhmar, seperti lafazh :   Saya  dan  kamu.
  2. Isim 'Alam (Nama), seperti lafazh : Zaid ( Nama orang), Mekkah ( Nama kota ).
  3. Isim Mubham ( Misteri ), seperti lafazh : ini mudzakkar (L) , ini muannats (P), ini untuk semua  yang jamak mudzakkar (JL).
  4. Isim yang ada huruf alif lam, seperti lafazh, (Arrajul) Seorang Laki-laki, ( Algulam ) seorang pelayan.
  5. Isim yang di-idhafat-kan kepada salah satu diantara yang empat bagian ini   ( Yaitu isim mudhmar, isim 'alam, isim mubham, dan isim yang diberi alif dan lam).
وَالنَّكِرَةُ كُلُّ اسْمٍ شَائِعٍ فِي جِنْسِهِ لاَ يَخْتَصُّ بهِ وَاحِدٌ دُوْنَ آخَرَ. وَتَقْرِيْبُهُ كُلُّ مَا صَلَحَ دُخُوْلُ اْلأَلِفِ وَللاَّمِ عَلَيْهِ نَحْوُ الرَّجُلِ وَاْلفَرَسِ.
Isim nakirah : Ialah setiap isim yang jenisnya bersifat umum yang tidak menentukan sesuatu perkara dan lainnya. Singkatnya ialah, setiap isim yang layak dimasuki alif dan lam, Contoh lafazh : (Arrajul) Seorang Laki-laki, ( Algulam ) seorang pemuda.

  بَابُ اْلعَطَفِ
* وَحُرُوْفُ اْلعَطَفِ عَشَرَةٌ وَهِيَ اْلوَاوُ وَاْلفَاءُ وَثُمَّ وَأَوْ وَأَمْ وَإِمَّا وَبَلْ وَلاَ وَلَكِنْ وَحَتَّى فِي بَعْضِ اْلمَوَاضِعِ. فَإِنْ عَطَفْتَ بـِهَا عَلَى اْلمَرْفُوْعِ رَفَعْتَ أَوْ عَلَى مَنْصُوْبٍ نَصَبْتَ أَوْ عَلَى مَخْفُوْضٍ خَفَضْتَ أَوْ عَلى مَجْزُوْمٍ جَزَمْتَ، تَقُوْلُ قَامَ زَيْدٌ وَعَمْرٌو وَرَأَيْتُ زَيْدًا وَعَمْرًا وَمَرَرْتُ بـِزَيْدٍ وَعَمْرٍو وَزَيْدٌ لَمْ يَقُمْ وَلَمْ يَقْعُدْ.
‘Athaf
Huruf 'athaf ada sepuluh, yaitu sebagai berikut: Dan, lalu, kemudian, atau, atau ( diragukan ), dan ( memilih ), melainkan, tidak, hingga ( pada  sebahagian tempat.   
Apabila Anda meng-'athaf-kan kepada lafazh yang di-rafa'-kan, berarti Anda me-rafa'-kan pula ma'thuf-nya, atau meng-'athaf-kan kepada lafazh yang di-nashab-kan, berarti Anda me-nashab-kan pula ma'thuf-nya, atau meng-'athaf-kan kepada lafazh yang di-khafadh-kan, berarti Anda meng-khafadh-kan pula ma'thuf-nya, atau meng-'athaf-kan kepada lafazh yang di-jazm-kan; berarti Anda men-jazm-kan pula ma'thuf-nya, seperti perkataan : Telah berdiri Zaid dan 'Amr , dan aku telah melihat Zaid dan 'Amr ,dan aku telah bersua dengan Zaid dan 'Amr , Zaid tidak berdiri dan tidak pula duduk .
  بَابُ التَّوْكِيْدِ

* التَّوْكـِيْدُ تَابـِعٌ لِلْمُؤَكَّدِ فِي رَفْعـِهِ وَنَصْبـِهِ وَخَفْضِهِ وَتَعْرِيْفِهِ. وَيَكُوْنُ بـِأَلْفَاظٍ مَعْلُوْمَةٍ وِهِيَ النَّفْسُ وَاْلعَيْنُ وَكُلُّ وَأَجْمَعُ وَتَوَابِعُ أَجْمَعَ وَهِيَ اَكْتَعَ وَابْتَعَ وَاَبْصَعَ تَقُوْلُ قَامَ زَيْدٌ نَفْسُهُ وَرَأَيْتُ اْلقَوْمَ كُلُّهُمْ وَمَرَرْتُ بـِالقَوْمِ أَجْمَعـِيْنَ.
Taukid
Taukid ( penguat ) mengikuti  lafazh yang ditaukidkan (diperkuat), baik dalam posisi rafa’, nashab, kafadz/jar, ataupun ma’rifahnya.  Taukid itu dengan memakai lafazh-lafazh yang telah ditentukan, yaitu: Lafazh : Nafsu  (sendiri), 'ain   (sendiri), kullu   (semua), ajma'u (seluruh), dan Lafazh yang mengikuti Lafazh  ajma'u, yakni : akta'u, abta'u, absha'u    ( semua)   seperti dalam contoh : Zaid telah berdiri sendiri, aku telah melihat kaum itu semuanya, dan aku telah bersua dengan seluruh kaum itu.

  بَابُ اْلبَدَلِ

إِذَا أُبْدِلَ اسْمٌ مِنْ اسْمٍ أَوْ مِنْ فِعْلٍ تَبـِعَهُ فِي جَمِيْعِ إِعْرَابـِهِ، وَهُوَ أَرْبَعَةُ أَقْسَامٍ بَدَلُ الشَّيْئِ مِنَ ِالشَّيْئِ وَبَدَلُ اْلبَعْضِ مِنَ اْلكُلِّ وَبَدَلُ اْلاِشْتِمَالِ وَبَدَلُ اْلغَلَطِ نَحْوُ قَوْلِكَ قَامَ زَيْدٌ أَخُوْكَ وَأَكَلْتُ الرَّغِيْفَ ثُلُثَهُ وَنَفَعَنِي زَيْدٌ عِلْمُهُ وَرَأَيْتُ زَيْدًا الفَرَسَ أَرَدْتَ أَنْ تَقُوْلَ الفَرَسَ فَغَلَطْتَ فَأَبْدَلْتَ زَيْدًا مِنْهُ.
Badal
Apabila isim diganti oleh isim atau fi'il diganti oleh fi'il, maka dalam hal seluruh i'rab-nya harus mengikuti mubdal minhu-nya. Dan Badal itu terbagi empat bagian, yaitu: 1). Badal Syai Min Syai, disebut juga badal kul minal kul ( semua). 2). Badal ba'dh Min kul,  ( badal sebagian dari semua ), 3). Badal isytimal,           ( mencakup) dan 4). Badal ghalath (keliru/salah). Seperti perkataan : Telah berdiri si Zaid yakni saudaramu, Aku telah memakan roti, yakni sepertiganya, Zaid telah bermanfaat bagiku, yakni ilmunya, dan aku telah melihat si Zaid, yakni kuda. Sebenarnya yang kamu inginkan adalah mengatakan bahwa anda melihat kuda,  tapi kamu keliru dalam ucapan, kemudian kamu ganti lafadz zaid dengan kuda.    
   بَابُ مَنْصُوْبَاتِ اْلأَسْمَاءِ

* اَلْمَنْصُوْبَاتُ خَمْسَةَ عَشَرَ وَهِيَ اَلْمَفْعُوْلُ بـِهِ وَاْلمَصْدَرُ وَظَرْفُ الزَّمَانِ وَظَرْفُ اْلمَكَانِ وَاْلحَالُ وَالتَّمْيـِيْزُ وَاْلمُسْتَثـْنَى وَاسْمُ لاَ وَاْلمُنَادَى وَاْلمَفْعُوْلُ مِنْ أَجْلِهِ وَاْلمَفْعُوْلُ مَعَهُ وَخَبَرُ كَانَ وَاَخَوَاتِهَا وَاسْمُ إِنَّ وَأَخَوَاتِهَا وَالتَّابـِعُ لِلْمَنْصُوْبِ وَهِيَ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ النَّعْتُ وَاْلعَطَفُ وَالتَّوْكـِيْدُ وَاْلبَدَلُ.
Isim-Isim Yang Di-Nashab-Kan
Isim-isimya yang di-nashab-kan ada 15 macam, yaitu: maf'ulun bihi (objek), mashdar (kata jadian), zharaf zaman (keterangan waktu), zharaf makân (keterangan tempat), hâl (keadaan), tamyiz (pengistimewaan), mustatsna (pengecualian), isim lâ (peniadaan), munâda (panggilan), khabar kâna dan saudara-saudaranya, isim inna dan saudara-saudaranya, dua maf'ul, yaitu zhanna dan saudara-saudaranya, maf'ul min ajlih ( Objek-Untuk), maf'ul ma'ah ( Obejk-Kebersamaan), dan lafazh yang mengikuti kepada lafazh yang di-nashab-kan, yaitu ada empat macam: na'at, 'athat; taukid dan badal.
بَابُ اْلمَفْعُوْلُ بهِ

* وَهُوَ اْلاِسْمُ اْلمَنْصُوْبُ الذِي يَقَعُ بـِهِ اْلفِعْلُ نَحْوُ قَوْلِكَ ضَرَبْتُ زَيْدًا وَرَكِبْتُ اْلفَرَسَ، وَهُوَ قِسْمَانِ ظَاهِرٌ وَمُضْمِرٌ. فَالظَّاهِرُ مَا تَقَدَّمَ ذِكْرُهُ، وَاْلمُضْمِرُ قِسْمَانِ مُتَّصِلُ وَمُنْفَصِلٌ. فَالمُتَّصِلُ اِثـْنَا عَشَرَ وَهِيَ ضَرَبَنِي وَضَرَبَنَا وَضَرَبَكَ وَضَرَبَكِ وَضَرَبَكُمَا وَضَرَبَكُمْ وَضَرَبَكُنَّ وَضَرَبَهُ وَضَرَبَهَا وَضَرَبَهُمَا وَضَرَبَهُمْ وَضَرَبَهُنَّ.
وَاْلمُنْفَصِلُ اِثْنَا عَشَرَ وَهِيَ إِيَّايَ وَإِيَّانَا وَإِيَّاكَ وَإِيَّاكِ وَإِيَّاكُمَا وَإِيَّاكُمْ وَإِيَّاكُنَّ وَإِيَّاهُ وَإِيَّاهَا وَإِيَّاهُمَا وَإِيَّاهُمْ وَإِيَّاهُنَّ.
Maf’ulun bihi
Maf’ulun bihi ialah, isim yang manshub yang menjadi sasaran perbuatan   (objek). Seperti perkataan : Aku telah memukul Zaid, aku telah menunggang kuda.
Maf'ul bihi itu terbagi dua bagian, yaitu maf'ul bih yang zhahir dan maf'ul bih yang mudhmar. Adapun maf'ul bih yang zhahir telah dikemukakan penjelasannya, sedangkan maf'ul bih yang mudhmar   dhamir  terbagi lagi menjadi dua bagian, yaitu dhamir muttashil dan dhamir munfashil.
Dhamir muttashil ada dua belas macam, yakni : dia   laki-laki  telah memukulku, dia   laki-laki  telah memukul kami, dia   laki-laki  telah memukulmu L, dia   laki-laki  telah memukulmu P, dia   laki-laki  telah memukul kamu berdua, dia   laki-laki  telah memukul kalian ssemua L, dia   laki-laki  telah memukul kalian semua P, dia   laki-laki  telah memukulnya L, dia   laki-laki  telah memukulnya P,  dia   laki-laki  telah memukul mereka berdua, dia   laki-laki  telah memukul mereka semua L, dia   laki-laki  telah memukul mereka semua P.
Dhamir munfashil pun ada dua belas macam, yakni : kepadaku, kepada kami, kepadamu L, kepadamu P, kepada kamu berdua, kepada kalian L, kepada kalian P, kepadanya L, kepadanya P, kepada mereka berdua, kepada mereka L, kepada mereka P.     
بَابُ اْلمَصْدَرِ

* اَلْمَصْدَرُ هُوَ اِسْمُ اْلمَنْصُوْبُ الَّذِي يَجِيْئُ ثَالِثًا فِي تَصْرِيْفِ اْلفِعْلِ نَحْوُ ضَرَبَ يَضْرِبُ ضَرْبًا. وَهُوَ قِسْمَانِ لَفْظِيٌّ وَمَعْنَوِيٌّ. فَإِنْ وَافَقَ لَفْظُهُ لَفْظَ فِعْلِهِ فَهُوَ لَفْظِيٌّ نَحْوُ قَتَلْتُهُ قَتْلاً، وَإِنْ وَافَقَ مَعْنَى فِعْلِهِ دُوْنَ لَفْظِهِ فَهُوَ مَعْنَوِيٌّ نَحْوُ جَلَسْتُ قُعُوْدًا وَقُمْتُ وُقُوْفًا وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ.
Mashdar
Mashdar ialah isim manshub yang dalam tashrif-an fi'il jatuh pada urutan ketiga, seperti pada contoh : Telah memukul, sedang memukul, pukulan.
Mashdar itu ada dua bagian, yaitu mashdar lafzhi dan mashdar ma'nawi.
Apabila lafazh mashdar itu sesuai   serupa  dengan lafazh fi'il-nya, maka disebut mashdar lafzhi, seperti pada contoh: aku telah membunuh dia dengan sebenar-benarnya. Dan apabila mashdar itu sesuai dengan fi'il-nya dalam hal maknanya saja tanpa lafazhnya, maka disebut mashdar ma'nawi, Aku telah duduk dengan sebenar-benarnya ; dan Aku telah berdiri dengan sebenar-benarnya, dan contoh lain yang seperti itu.  .

   بَابُ ظَرْفِ الزَّمَانِ وَظَرْفِ اْلمَكَانِ

* ظَرْفُ الزَّمَانِ هُوَ اِسْمُ الزَّمَانِ اْلمَنْصُوْبُ بـِتَقْدِيْرِ فِي، نَحْوُ اَلْيَوْمَ وَالَّليْلَةَ وَغُدْوَةً وَبُكْرَةً وَسَحَرًا وَغَدًا وَعَتَمَةً وَصَبَاحًا وَمَسَاءً وَأَبَدًا وَأَمَدًا وَحِيْنًا وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ.
Zharaf Zaman  dan Zharaf Makan
 Zharaf Zaman ialah, isim zaman (waktu)  yang di-nashab-kan dengan memperkirakan adanya makna fî   pada/dalam  pada kalimatnya, seperti lafazh : Pada hari ini, pada malam ini, pagi hari, waktu pagi, pada waktu sahur, besok, waktu sore atau waktu Isya, pada waktu subuh, pada waktu sore, selamanya, ketika , dan lafazh yang menyerupainya.

 * وَظَرْفُ اْلمَكَانِ هُوَ اِسْمُ اْلمَكَانِ اْلمَنْصُوْبُ بـِتَقْدِيْرِ فِي، نَحْوُ أَمَامَ وَخَلْفَ وَقُدَّامَ وَوَرَاءَ وَفَوْقَ وَتَحْتَ وَعِنْدَ وَمَعَ وَإِزَاءَ وَحِذََاءَ وَتِلْقَاءَ وَهَهُنَا وَهُنَا وَثُمَّ وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ.
Zharaf makân ialah : Isim makân (tempat)  yang di-nashab-kan dengan memperkirakan makna fî   pada/dalam , seperti lafazh :     di depan,     di belakang,     di depan,     di belakang,     di atas,     di bawah,     di dekat atau di sisi,     beserta,     di muka atau di depan,     di dekat,     di hadapan,     di sini,     di sana, dan lafazh yang menyerupainya.

   بَابُ اْلحَالِ

* اَلْحَالُ هُوَ اْلاِسْمُ اْلمَنْصُوْبُ اْلمُفَسِرُ لِمَا انْبَهَمَ مِنَ اْلهَيْئَةِ، نَحْوُ قَوْلِكَ جَاءَ زَيْدٌ رَاكِبًا، وَرَكِبْتُ اْلفَرَسَ مُسَرَّجًا وَلَقِيْتُ عَبْدَ اللهِ رَاكِبًا وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ. وَلاَ يَكُوْنُ اْلحَالُ إِلاَّ نَكِرَةً وَلاَ يَكُوْنُ إِلاَّ بَعْدَ تَمَامِ اْلكَلاَمِ وَلاَ يَكُوْنُ صَاحِبُهَا إِلاَّ مَعْرِفَةً.
Hâl
Hâl ialah : Isim manshub yang memberikan keterangan keadaan yang samar, seperti dalam contoh :  Zaid telah datang dengan berkendaraan, dan    aku telah menunggang kuda dengan berpelana, aku telah bertemu 'Abdullah dengan berkendaraan. Dan lafazh yang menyerupainya.
Hâl tidak akan terjadi, kecuali dengan isim nakirah dan tidak pula terjadi kecuali sesudah kalam sempurna yakni, hâl itu tidak terjadi pada pertengahan kalam  dan tidak terjadi shâhibul hâl/pelaku hâl, kecuali harus isim ma'rifat.
  بَابُ التَّمْيـِيْزِ

* اَلتَّمْيـِيْزُ هُوَ اْلاِسْمُ اْلمَنْصُوْبُ اْلمُفَسِّرُ لِمَا انْبَهَمَ مِنَ الذَّوَاتِ نَحْوُ قَوْلِكَ تَصَبَّبَ زَيْدٌ عَرَقًا وَتَفَقَّأَ بَكْرٌ شَحْمًا وَطَابَ مُحَمَّدٌ نَفْسًا وَاشْتَرَيْتُ عِشْرِيْنَ غُلاَمًا وَمَلَكْتُ تِسْعـِيْنَ نَعْجَةً وَزَيْدٌ أَكْرَمُ مِنْكَ أَبًا وَأَجْمَلُ مِنْكَ وَجْهًا. وَلاَ يَكُوْنُ إِلاَّ نَكِرَةً وَلاَ يَكُوْنُ إِلاَّ بَعْدَ تَمَامِ اْلكَلاَمِ.
Tamyiz
Tamyiz ialah isim manshub yang berfungsi menjelaskan dzat yang samar, seperti dalam contoh perkataan di bawah ini : Zaid mencucurkan keringat, Bakar menurunkan lemak tubuhnya, Muhammad baik orangnya, aku telah membeli dua puluh orang pelayan atau budak, aku telah memiliki sembilan puluh ekor kambing, ayah Zaid lebih mulia dari pada kamu, dan wajahnya   parasnya  lebih cantik dari pada kamu. Tamyiz tidak akan terjadi, kecuali harus dengan isim nakirah dan tidak akan terjadi pula, kecuali sesudah kalamnya sempurna.

   بَابُ اْلاِسْتِثـْنَاءِ

* وَحُرُوْفُ اْلاِسْتِـثـْنَاءِ ثَمَانِيَةٌ وَهِيَ إِلاَّ وَغَيْرُ وَسِوًى وَسُوًى وَسَوَاءٌ وَخَلاَ وَ عَدَا وَ حَاشَا. فَالْمُسْتَثـْنَى بـِإِلاَّ يُنْصَبُ إِذَا كَانَ اْلكَلاَمُ تَامًّا مُوْجَبًا نَحْوُ قَامَ اْلقَوْمُ إِلاَّ زَيْدًا وَخَرَجَ النَّاسُ إِلاَّ عَمْرًا. وَإِنْ كَانَ اْلكَلاَمُ مَنْفِيًّا تَامًّا جَازَ فيهِ اْلبَدَلُ وَالنَّصْبُ عَلَى اْلاِسْتِثـْنَاءِ نَحْوُ مَا قَامَ اْلقَوْمُ إِلاَّ زَيْدٌ وَإِلاَّ زَيْدًا. وَإِنْ كَانَ اْلكَلاَمُ نَاقِصًا كَانَ عَلَى حَسَبِ اْلعَوَامِلِ نَحْوُ مَا قَامَ إِلاَّ زَيْدٌ وَمَا ضَرَبْتُ إِلاَّ زَيْدًا وَمَا مَرَرْتُ إِلاَّ بـِزَيْدٍ. وَاْلمُسْتَثـْنَى بـِغَيْرِ وَسِوًى  وَسُوًى وَسَوَاءٍ مَجْرُوْرٌ لاَ غَيْرُ. وَاْلمُسْتَثـْنَى بـِخَلاَ وَ عَدَا وَحَاشَ يَجُوْزُ نَصْبُهُ وَجَرُّهُ نَحْوُ قَامَ اْلقَوْمُ خَلاَ زَيْدًا وَزَيْدٍ وَعَدَا عَمْرًا وَعَمْرٍو وَحَاشَا بَكْرًا وَبَكْرٍ.
ISTITSNA
Huruf istitsna ada delapan macam, yaitu sebagai berikut : Kecuali, selain, ( siwa’, suwan, dan sawa’un ) bermakan selain, khala, ‘ada, dan hasya juga bermakna selain.  
Lafazh yang di-istitsna dengan illâ harus di-nashab-kan bilamana keadaan kalamnya bersifat sempurna dan mujab. Seperti : telah berdiri kaum itu kecuali si Zaid, Telah keluar manusia itu kecuali ‘amar.
Apabila kalam-nya ternyata tam/sempurna  lagi manfi   di- nafi-kan , maka lafazh mustatsna-nya boleh di-nashab-kan karena istitsna dan boleh di-badal-kan   bergantung kepada i'rab mustatsna minhu-nya .
Contoh : Tiadalah kaum itu berdiri kecuali Zaid.
Kalau kalamnya itu naqish atau kurang   yaitu tidak diterangkan mustatsna minhu-nya , maka i'rab mustatsna-nya bergantung kepada amil-nya yang ada, seperti dalam contoh: Tiada yang berdiri kecuali Zaid,  tiada yang kupukul kecuali Zaid, tiadalah aku bersua kecuali dengan Zaid.
Lafazh yang di-istitsna dengan lafazh ghairu, siwan, suwan, dan sawâ-in harus di-jar-kan, lain tidak ( sebab menjadi mudhaf ilaih dari lafazh ghair dan sebagainya ), Lafazh yang di-istitsna oleh khalâ, 'adâ dan hâsyâ, boleh di-nashab-kan   (dengan menganggap khalâ dan sebagainya sebagai fi'il madhi dan mustatsna maf'ul-nya)  dan boleh pula di-jar-kan ( sebagai mudhaf 'ilaih dari lafazh khalâ dan sebagainya), seperti dalam contoh : Kaum itu trlah berdiri selain Zaid, selain ‘amar, dan selain Bakar.  

   بَابُ لاَ

إِعْلَمْ ! أَنَّ لاَ تَنْصِبُ النَّكِرَاتِ بـِغَيْرِ تَنْوِيْنٍ إِذَا بَاشَرَتِ النَّكِرَةَ وَلَمْ تَتَكَرَّرْ لا نَحْوُ لاَ رَجُلَ فِي الدَّارِ فَإِنْ لَمْ تُبَاشِرْهَا وَجَبَ الرَّفْعُ وَوَجَبَ تِكْرَارُ لاَ نَحْوُ لاَ فِي الدَّارِ رَجُلٌ وَلاَ امْرَأَةٌ. فَإِنْ تَكَرَّرَتْ جَازَ إِعْمَالُهَا وَإِلْغَاؤُهَا فَإِنْ شِئْتَ قُلْتَ لاَ رَجُلَ فِي الدَّارِ وَلاَ امْرَأَةَ وَإِنْ شِئْتَ قُلْتَ لاَ رَجُلٌ فِي الدَّارِ وَلاَ امْرَأَةٌ.
La ( Penafian )
Ketahuilah, bahwa lâ nafi itu me-nashab-kan isim nakirah   tidak me-nashab-kan isim ma'rifat  tanpa tanwin   dengan syarat : Bilamana lâ bertemu dengan isim nakirah   menjadi isim   dan lafazh tidak berulang-ulang. Contoh : Tiada seorang laki-laki pun di dalam rumah. Kalau itu tidak bertemu dengan isim nakirah, maka diwajibkan rafa'   ( sebab isim nakirah menjadi mubtada yang diakhirkan)  dan -nya wajib berulang-ulang,  contoh : Di dalam rumah itu tidak ada laki-laki dan tidak ada pula wanita. Kalau itu berulang-ulang   serta bertemu dengan isim nakirah , maka dibolehkan mengamalkan   yaitu me-nashab-kan isim nakirah  dan boleh pula membiarkannya   yakni, tidak me-nashab-kan isim nakirah . Apabila kamu menghendaki, katakanlah di dalam rumah itu tidak ada laki-laki dan tidak ada pula wanita ; dan apabila kamu menghendaki, boleh kamu katakan (dengan memakai harakat dhammah pada lafazh rajulun dan imra'atun-nya).

   بَابُ اْلمُنَ
* اَلمُنَادَى خَمْسَةُ أَنْوَاعٍ : المُفْرَدُ اْلعلَمُ وَالنَّكِرَةُ اْلمَقْصُوْدَةُ وَالنَّكِرَةُ غَيْرُ اْلمَقْصُوْدَةِ وَاْلمُضَافُ وَاْلمُشَبَّهُ بـِالمُضَافِ. فَأَمَّا اْلمُفْرَدُ اْلعَلَمُ وَالنَّكِرَةُ اْلمَقْصُوْدَةُ فَيُبـْنَيَانِ عَلَى الضَّمِّ مِنْ غَيْرِ تَنْوِيْنٍ نَحْوُ يَا زَيْدُ وَيَا رَجُلُ، وَالثـَّلاَثَةُ اْلبَاقِيَةُ مَنْصُوْبَةٌ لاَ غَيْرُ.
MUNADA
Munada itu ada lima macam, yaitu:   1).  Munada yang berbentuk mufrad 'alam,   2).  Munada yang bersifat nakirah maqshudah,   3).  Munada yang bersifat nakirah ghair maqshudah,   4).  Munada yang berbentuk mudhaf,  dan   5). Munada yang diserupakan dengan mudhaf.
Adapun i'rab munada yang berbentuk mufrad 'alam dan yang bersifat nakirah maqshudah, maka kedua-duanya di-mabni-kan atas harakat dhammah tanpa memakai tanwin, contoh: Hai Zaid ! ( Mufrad 'alam atau nama orang), Hai laki-Iaki (Nakirah maqshudah). Yang tiga macam lagi   yaitu : Munada yang bersifat nakirah ghair maqshudah, yang berbentuk mudhaf dan yang diserupakan dengan mudhaf , maka harus di-nashab-kan, lain tidak.

   بَابُ اْلمَفْعُوْلِ لأَجْلِهِ

* وَهُوَ اْلاِسْمُ اْلمَنْصُوْبُ الَّذِي يُذْكَرُ بَيَانًا لِسَبَبِ وُقُوْعِ اْلفِعْلِ نَحْوُ قَوْلِكَ قَامَ زَيْدٌ إِجْلاَلاً لِعَمْرٍى وَقَصَدْتُكَ ابْتـِغَاءَ مَعْرُوْفِكَ.
Maf’ul Min Aj’lih
Maf’ul min aj’lih ialah isim manshub yang dinyatakan sebagai penjelasan bagi penyebab terjadinya fi’il (perbuatan), contoh : Telah berdiri si Zaid sebagai penghormatan bagi ‘Amr. Dan  aku bermaksud menemuimu karena mencari kebaikanmu .

  بَابُ اْلمَفْعُوْلِ مَعَهُ

* وَهُوَ اْلاِسْمُ اْلمَنْصُوْبُ الَّذِي يُذْكَرُ لِبَيَانِ مَنْ فُعِلَ مَعَهُ اْلفِعْلُ نَحْوُ قَوْلِكَ جَاءَ اْلأَمِيْرُ وَاْلجَيْشَ وَاسْتَوَى اْلمَاءُ وَاْلخَبَشَةَ. وَأَمَّا خَبَرُ كَانَ وَأَخَوَاتِهَا وَاسْمُ إِنَّ وَأَخَوَاتِهَا فَقَدْ تَقَدَّمَ ذِكْرُهُمَا فِي اْلمَرْفُوْعَاتِ وَكَذَلِكَ التَّوَابـِعُ فَقَدْ تَقَدَّمَتْ هُنَاكَ.
MAF’UL MA’AH
Maf’ul Ma’ah ialah : Isim manshub yang dinyatakan untuk menjelaskan dzat yang menyertai perbuatan pelakunya. Contohnya, seperti perkataan berikut :  Pemimpin berserta bala tentaranya telah datang,  air itu telah merata beserta kayu.
Adapun khabar kana dan saudara-saudaranya, dan isim inna dan saudara-saudaranya ( yang semuanya dinashabkan ) maka hal in telah dikemukakan penjelasannya pada bab isim-isim yang dirafa’kan, demikian pula tawabi’ ( Yaitu Na’at, ‘athaf, taukid, dan badal ) telah dikemukakan di atas.

   بَابُ اْلمَخْفُوْضَاتِ مِنَ اْلاَسْمَاءِ

* اَلْمَحْفُوْضَاتُ ثَلاَثَةٌ : مَحْفُوْضٌ بـِالْحَرْفِ وَمَحْفُوْضٌ بـِالإِضَافَةِ وَتَابـِعٌ لِلْمَخْفُوْضِ. فَأَمَّا اْلمَخْفُوْضُ بـِالحَرْفِ فَهُوَ مَا يُخْفَضُ بـِمِنْ وَإِلَى وَعَنْ وَعَلَى وَفِي وَرُبَّ وَاْلبَاءِ وَاْلكَافِ وَاللاَّمِ وَحُرُوْفِ اْلقَسَمِ وَهِيَ اْلوَاوُ وَاْلبَاءُ وَالتَّاءُ وَبِوَاوِ رُبَّ وَمُذْ. وَاَمَّا مَا يُحْفَضُ بـِالإِضَافَةِ فَنَحْوُ قَوْلِكَ غُلاَمُ زَيْدٍ وَهُوَ على قِسْمَيْنِ مَا يُقَدَّرُ بـِاللاَّمِ وَمَا يُقَدَّرُ بـِمِنْ. فَالَّذِي يُقَدَّرُ بـِاللاَّمِ نَحْوُ غُلاَمُ زَيْدٍ وَالَّذِي يُقَدَّرُ بـِمِنْ نَحْوُ ثَوْبُ خُزٍّ وَبَابُ سَاجٍ وَخَاتَمُ حَدِيْدٍ
Isim Isim Yang Di Jarkan
Lafazh-Iafazh yang di-jar-kan ada tiga macam, yaitu : 1). Lafazh yang di-jar-kan oleh huruf jar, 2). Lafazh yang di-jar-kan karena idhafat, 3). Lafazh yang mengikuli kepada lafazh yang di-jar-kan   ( Yaitu: na'at, 'athaf, taukid dan badal).
Adapun lafazh yang di-jar-kan dengan huruf, seperti halnya yang di-jar-kan oleh min, ilâ, 'an, 'alâ, fî, rubba, ba, kaf, lam dan huruf qasam   sumpah , yaitu: wawu, ba dan ta juga dengan mudz dan mundzu.
Adapun yang di-jar-kan oleh idhafat, seperti perkataan : Pelayan Zaid, (Lafazh ghulam adalah mudhaf, sedangkan lafazh Zaid adalah mudhaf ilaih).
Idhafat itu terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
Idhafat yang diperkirakan mengandung makna lam, dan Idhafat yang diperkirakan mengandung makna min,  Adapun yang yang diperkirakan mangandung makna lam, seperti  contoh : Pelayan Zaid  ( Pelayan milik Zaid ) dan contoh Idhafat yang diperkirakan mengandung makna min, adalah :  Baju sutera atau baju dari sutera, pintu kayu atau pintu dari kayu, cincin besi atau cincin dari besi ; dan lafazh yang sejenis dengannya.

تمت بحمد الله
كتابة متن الاجرزمية
للإمام العالم العلامة الضهاجي